Jumat 19 Mar 2021 21:45 WIB

Lembutnya Nabi Ketika Menegur Kesalahan Jamaah Haji

Nabi lebih memilih untuk menggugah hati dan memberi petunjuk.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Lembutnya Nabi Ketika Menegur Kesalahan Jamaah Haji (ilustrasi).
Foto: RaesahAlharmin / HO via REUTERS
Lembutnya Nabi Ketika Menegur Kesalahan Jamaah Haji (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW tidak berbuat kasar kepada orang yang bersalah. Nabi selalu mengarahkannya kepada kebaikan dengan lemah lembut. 

"Nanti tidak mencari-cari siapa sahabat nabi yang mengatakan sesuatu yang tidak disetujui nabi," kata Abu Thalah Muhammad Yunus Abdussatar dalam kitabnya 'Kaifa Tastafidu min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim'.

Misalnya ketika melihat sahabatnya melakukan beliau tak menyudutkannya. Misalnya ketika ada sahabat yang mengatakan "Nanti saja setelah di Arafah baru kita melakukan tahallul dan mendatangi istri istri kita."  Padahal itu merupakan kesalahan. Karena tahalul harus didahulukan. 

Dengan kejadian ini, Nabi lebih memilih untuk menggugah hati dan memberi petunjuk kepada hal yang lebih utama bagi mereka dengan bersabda, "Sesungguhnya kalian semua mengetahui bahwa aku ini adalah orang yang paling takut kepada Allah, paling berbuat baik dan sungguh-sungguh dari kalian. Kalau saja aku tidak membawa hewan-hewan sembelihanku ini tentu aku juga bertahallul sebagaimana kalian. Karena itu, bertahanlah. Kalau saja aku tahu akan menghadapi seperti yang terjadi saat ini tentu aku tidak bawa hewan sembelihan. (HR Bukhari).

 

Nabi tidak berbuat kasar kepada Fadhl yang mendatangi seorang perempuan muda dari suku Khat's dan tandu-tandu wanita yang melewatinya. "Nabi cukup memalingkan muka dan lehernya sekalipun dia terus mengulangi perbuatannya terus," katanya.

Nabi tidak berbuat kasar kepada dua orang yang telah salat dalam perjalanan dan tidak ikut salat pada saat mendapati jamaah salat bersamanya, ketika Nabi cukup memberikan pelajaran yang dapat membuat keraguan mereka berdua hilang.

"Nabi tidak berbuat kasar kepada dua orang yang meminta sedekah kepada yang terhormat padahal keduanya kuat dan mampu bekerja," katanya.

Nabi lebih bersikap memberi pilihan tindakan hingga kedua orang tersebut tidak jadi mengambil sedekah dengan kesadaran sendiri. "Ini adalah puncak bentuk kelemahlembutan dan kebijaksanaan nabi," katanya.

Abu Thalhah bertanya, lalu bagaimana dengan para cendekiawan dan para Dai saat ini?" Tak jarang mereka Sering menasehati dengan berkata kasar. Bila menjelaskan sesuatu sembari menjelek-jelekkan.

"Bila mengajar sembari membodohkan bodohkan," katanya.

Dengan perlakuan seperti itu sama orang yang bersalah pun akan semakin menjadi-jadi perbuatannya. Dia Lalu berharap andai saja tidak bertanya. Bahkan lebih dari itu sama orang tersebut berniat untuk menjauhi kaum terpelajar, tidak ingin melihat dan bergaul dengan mereka.

"Akan lebih baik jika para cendekiawan tersebut tidak menceramahi orang yang bersalah," katanya.

Karena itulah, maka bertakwalah kepada Allah wahai para hamba yang telah dikaruniai ilmu agama dan diberi tanggung jawab untuk menjelaskannya kepada masyarakat, diberi pengetahuan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi agar dapat mencontohkan dan meneladaninya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement