Senin 22 Mar 2021 16:07 WIB

Hal yang Perlu Diketahui Soal Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca telah diberikan di Jawa Timur.

Rep: Nawir Arsyad/Sapto Andika candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksinator mempersiapkan vaksin COVID-19 Astrazeneca sebelum diberikan kepada warga di Puskesmas Kota Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (22/3/2021).Vaksinasi perdana vaksin AstraZeneca yang ditinjau langsung Presiden Joko Widodo di Pendopo Sidoarjo juga dilakukan serentak di 26 puskesmas bagi tokoh agama dan guru di wilayah tersebut.
Foto:

Hasil uji klinis

Uji klinis yang dilakukan AstraZeneca pada virus corona varian asli menunjukkan efikasi 76 persen setelah pemberian dosis pertama. Bahkan, setelah pemberian dosis kedua dalam jeda 12 minggu, efikasi naik hingga minimal 82 persen.

Vaksin juga bisa mereduksi beban virus, yang membuat penularan Covid-19 juga makin lambat. Berdasarkan data ini, vaksin mendapat izin penggunaan dari lembaga pengawas obat Eropa-EMA dan lebaga serupa di berbagai negara.

Riset keampuhan vaksin AstraZeneca terhadap virus varian mutasi Inggris yang disebut varian B117 yang dilakukan di Inggris, melaporkan efikasinya sekitar 75 persen.  Efikasi sedikit di bawah keampuhan terhadap virus asli, tapi masih tergolong sangat bagus.

Namun, riset keampuhan vaksinnya terhadap varian mutasi Afrika Selatan B1351 menunjukkan hasil yang jauh lebih rendah. Riset pada 2000 resonden di Afrika Selatan menunjukkan, vaksin hanya memberikan perlindungan minimal terhadap Covid-19 yang dipicu varian B135. Ini memicu Pemerintah Afrika Selatan membuat keputusan, menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Penyebabnya adalah vaksin AstraZeneca yang sudah berizin dibuat dari vektor virus, yang memicu antibodi melawan protein Spike dari varian virus corona awal. Menghadapi  virus yang melakuan mutasi, antibodi tidak mengenali sepenuhnya dan memerangi varian bersangkutan.

Sempat ditunda

Sebelumnya, pada pekan lalu beberapa negara sempat menangguhkan vaksinasi dengan AstraZeneca.  Alasannya, ditemukan 7 kasus langka trombosis pada pembuluh darah sinus di otak dari penyuntikan 1,6 dosis vaksin AstraZeneca di Eropa. Tiga kasus berakhir dengan kematian pasien.

Namun, lembaga pengawas obat-obatan Eropa (EMA) menegaskan, sejauh ini belum ada bukti kaitan langsung antara pemberian vaksin AstraZeneca dan kasus trombosis, berdasar data yang dimiliki lembaga ini.

Lembaga pengawas Inggris beserta WHO juga merekomendasikan hal yang sama. Beberapa negara melanjutkan kembali proses vaksinasi. Pemimpin negara-negara Eropa juga berada di garda terdepan untuk membangun kembali citra keamanan vaksin AstraZeneca.

Dukungan

Pemerintah Indonesia mendapat dukungan dari para ulama di Jawa Timur untuk menggunakan vaksin AstraZeneca buatan Inggris dalam program vaksinasi massal. Adanya dukungan dari para kiai dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur ini diungkap Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau vaksinasi di Kabupaten Sidoarjo, Senin (22/3) pagi ini.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur mendukung penggunaan vaksin Astrazeneca dalam program vaksinasi Covid-19. Ketua MUI Jawa Timur Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, para ulama dan kiai pengasuh pondok pesantren sudah menyampaikan masukannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung.

"Bapak Presiden langsung mendengarkan apa pendapat dan respon dari para romo kiai, para pengasuh-pengasuh pondok pesantren bahwa vaksin Astrazeneca ini hukumnya halalan dan thoyyiban," ujar Hasan usai mendampingi Presiden Jokowi meninjau vaksinasi di Sidoarjo, Senin (22/3).

Hasan menambahkan, penggunaan vaksin Astrazeneca untuk vaksinasi Covid-19 sudah semestinya dilakukan mengingat tujuannya untuk menyelematkan jiwa dan kesehatan masyarakat.

"Tidak ada pemerintah yang akan mencelakakan rakyatnya sendiri," kata Hasan.

sumber : arsip republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement