IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masjidil Aqsa berada di Kota Al-Quds, Yerusalem, Palestina. Kini masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam sedang berada di bawah penjajahan Zionis Israel.
"Jangan sampai hubungan yang begitu erat antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa ini menjadi terputus dalam pemahaman generasi umat kita," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni dan Budaya, Ustaz Jeje Zaenudin saat Webinar Nasional bertema Urgensi Masjidil Aqsa Dalam Sejarah dan Peradaban Islam yang diselenggarakan Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI, Rabu (24/3).
Ustaz Jeje mengatakan, jangan sampai hubungan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa terputus dari pemahaman generasi muda. Akibat keterputusan secara politis dan ekonomi. Sehingga seolah-olah Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa tidak menjadi kepedulian seluruh kaum muslimin di dunia.
Ia menegaskan, jangan sampai berpikir masalah yang dihadapi Masjidil Aqsa hanya diserahkan kepada bangsa Palestina saja.
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) ini menerangkan, umat Islam mengetahui bahwa posisi Masjidil Aqsa demikian besar, baik dari tinjauan akidah, tinjauan ibadah dan tinjauan muamalah serta peradaban.
"Dari aspek peradaban Islam, kita tahu keterkaitan ideologis dan keterkaitan teologis antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsa tidaklah mungkin dipisahkan," ujarnya.
Ustaz Jeje menerangkan, Masjidil Haram sebagai awal dari cahaya peradaban Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sementara Masjidil Aqsa adalah bumi para Nabi. Bumi para Nabi ini telah lebih dulu dinyalakan oleh Allah SWT sebagai cikal bakal dari cahaya peradaban yang berbasis kepada nilai-nilai wahyu dan ilahiyah.
Di forum yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI, Buya Amirsyah Tambunan mengatakan, sebagai umat Islam dan Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin menyerukan kepada seluruh manusia agar senantiasa menciptakan perdamaian. Sebagaimana amanat konstitusi yakni UUD 1945, menciptakan perdamaian abadi harus dijadikan acuan.
"Dijadikan acuan untuk mengajak seluruh umat di dunia agar senantiasa mengajak dan menghimbau untuk menciptakan perdamaian dunia untuk kemanusiaan, untuk nilai-nilai budaya dan peradaban," jelasnya.
Buya Amirsyah juga mengajak seluruh umat manusia di dunia untuk mengutuk keras segala bentuk kekerasan dan tindakan yang merusak nilai-nilai kemanusiaan. Menurutnya, merusak masjid yang menjadi simbol peradaban dunia dan simbol peradaban umat Islam adalah sikap teroris.
"Sikap teroris itu merupakan musuh nyata bagi umat yang ada di dunia ini," jelasnya.