REPUBLIKA.CO.ID, -- Pada Selasa siang (30/3) lalu, pasukan Keamanan Haram menahan seorang pria yang membawa sebilah pisau di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Dilansir di Saudi Gazette, Kamis (1/4), juru bicara polisi wilayah tersebut mengatakan pria tersebut diketahui meneriakkan dukungan kepada kelompok dan organisasi teroris.
Aksinya terjadi setelah sholat ashar di lantai pertama masjid suci. "Pria tersebut segera ditahan dan dia akan menghadapi tindakan hukum," ujar juru bicara itu.
Sebelumnya, di Masjidil Haram juga terjadi insiden. Sebuah mobil merek Hyundai berwarna krem tiba-tiba melaju dan meluncur ke Masjidi Haram di Kota Makkah, Arab Saudi pada 30 Oktober 2020 sekitar pukul 22.25 waktu setempat. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Keterangan foto: Mobil sedan Hyundai menabrak dan menerobos masuk ke Masjidil Haram pada Oktober 2020.
Tapi aksi ini bila dilihat dari sejarah, tergolong masih sangat sepele. Jauh sekali dibandingkan dengan keadaan Masjidil Haram di tahun akhir tahun 1970-an hingga pertengahan awal 1980-an. Kala itu, sejalan dengan munculnya Revolusi Islam di Iran, Masjidil Haram juga marak dengan poster, teriakan politik, dan demonstrasi. Para jamaah haji yang berangkat di tahun itu bisa menjadi saksinya.
Dan puncak dari kekerasan politik sempat pula terjadi di tahun 1979. Kala itu terjadi peristiwa yang mengejutkan bagi Muslim di seluruh dunia, Masjid al-Haram sebagai tempat tersuci umat Islam diduduki oleh sekelompok orang bersenjata.
Tragedi pendudukan Masjid al-Haram ini terjadi tepatnya 20 November 1979. Sejumlah jamaah haji, termasuk dari Indonesia, terkurung dalam peristiwa di bulan Muharram itu.
Sekelompok orang bersenjata yang kebanyakan mereka merupakan orang Arab Badui, pimpinan Juhaiman al-Utaibi, menduduki Masjid al-Haram dengan alasan kekuasaan Arab Saudi saat itu dinilai tidak sah dan melenceng dari nilai-nilai Islam.
Keterangan foto: Aksi pendudukan Masjidil Haram (Kudeta Makkah) di tahun 1979.
Peristiwa ini menjadi salah satu sejarah penting Masjid al-Haram di era modern. Namun banyak pihak yang sejatinya tidak tahu apa yang terjadi.
Pengamat politik maupun sejarawan hanya menganggap kejadian itu sebagai insiden lokal semata. Tetapi, Jurnalis Wall Street Journal, Yaroslav Trofimov, melalui bukunya yang berjudul The Siege of Mecca: The Forgotten Uprising in Islam’s Holiest Shrine and the Birth of Al Qaeda, Kudeta Makkah, Sejarah yang tak Terkuak, menganggap kelompok ini sebagai akar gerakan terorisme global yang mengatasnamakan Islam.
Juhaiman al-Utaibi dan Muhammad Abdullah al-Qahtani menjadi aktor utama insiden berdarah itu. Juhaiman, sebagai pemimpin kudeta itu, adalah pria dari suku Muhajir-Sajir dan mantan kopral Pasukan Garda Nasional Arab Saudi.
Selama menjadi tentara, ia dianggap terpengaruh pengajaran Syekh Abdul Aziz bin Baz yang sangat kritis, termasuk kepada pihak Kerajaan Arab Saudi.
Gerakan Abdullah bin Baz, dakwah Salafiyah al-Muhtasibah, dengan cepat meluas ke seluruh penjuru Arab Saudi dan menarik kaum muda, termasuk Juhaiman. Dari sini, Juhaiman bertemu seorang mahasiswa bernama Muhammad Abdullah al-Qahtani yang semakin menguatkan pandangan bahwa Arab Saudi terlalu bergantung kepada Amerika Serikat dan negara-negara Barat.
Tepat setelah Imam Masjid al-Haram menutup doa menyambut pergantian tahun 1399 menuju 1400 Hijriah, peristiwa berdarah itu dimulai. Juhaiman dan Al-Qahtani, dengan ratusan pasukan setianya, berdiri di bawah kiswah Ka’bah, di antara Hijr Ismail dan Maqam Ibrahim. Ia kemudian membaiat para pengikutnya untuk menyebarkan risalah kepada para jamaah haji yang saat itu mulai tersandera.
Sementara, pengikut setia mereka bersiap-siap di menara, gerbang pintu dan bagian Masjid al-Haram lainnya. Mereka mencoba menghalangi siapa pun yang akan menggagalkan munculnya Imam Mahdi. Zetelah berjalan sekitar dua minggu, akhirnya Juhaiman berhasil ditangkap oleh pasukan Arab Saudi dengan bantuan Prancis. Al-Qahtani tewas tertembak.
Peristiwa berdarah itu menelan korban 270 orang, termasuk dari jamaah haji. Namun, beberapa pengamat independen dan saksi memperkirakan jumlah korban lebih dari 1000 orang. Sejumlah jamaah haji Indonesia sempat tersandera di masjid itu, meski tak tercatat korban jiwa. Akibat "kudeta Makkah" itu, beberapa bagian Masjid al-Haram surak parah, meski tak merusak bangunan utama Ka’bah secuil pun.