IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Imam Besar Masjid Istiqlal Nasarudin Umar protokol kesehatan di Masjid Istiqlal lebih ketat dibandingkan aturan yang ditetapkan Pemerintah DKI kepada masjid-masjid di wilayah DKI. Di antaranya, jarak fisik jamaah yakni 1,5-2 meter, tempat wudlu dengan kapasitas 200 ribu orang digunakan untuk 2000 orang, berikut tempat parkiran.
"Jadi enggak ada masalah, enggak ada isu di penitipan sandal parkir, salah satu isu kami itu ya di pintu masuk itu karena pintu lain kami tutup karena masih renovasi, tiga kali simulasi kita hanya dimungkinkan buka 2000 orang, kalau sudah 2000 orang kita tutup, dan ada pemberitahuan dengan spanduk sudah penuh," ujar dalam dialog virtual bertajuk 'Protokol Kesehatan Bulan Ramadhan', Jumat (16/4).
Selain itu, selama Ramadhan tahun ini, Masjid Istiqlal meniadakan buka puasa, sahur maupun itikaf bagi para jamaah untuk menghindari penularan virus Covid-19. Sebab, makan bersama menjadi salah satu potensi terjadinya penularan, sedangkan itikaf membuat jamaah lebih lama di Masjid yang membutuhkan pengawasan terhadap jamaah lebih ekstra.
Sedangkan, jumlah petugas keamanan di Masjid Istiqlal terbatas. Selain itu, Masjid Istiqlal juga akan disemprot sebelum maupun sesudah digunakan sehingga jamaah tidak boleh terlalu lama di masjid.
"Makanya kita umumkan jauh jauh hari, istiqlal belum menerima itikaf sampai hari ini tetap konsisten, setiap abis tarawih langsung disemprot jadi nggak boleh lama lama di Istiqlal, bacaan imam dipendekkan, doa doa juga serba dipendekkan," ungkapnya.
Menurutnya juga, protokol kesehatan yang ketat di Masjid Istiqlal diharapkan menjadi contoh bagi masjid masjid lainnya menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Ia pun berharap masjid masjid lainnya juga menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
"Kami menampilkan the new istiqlal untuk menjadi contoh model masjid di indonesia bahkan internasional," ujarnya.