REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI Angkatan Laut menyatakan berdasarkan hasil analisa sementara, kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak mengalami 'blackout' atau mati listrik saat menyelam.
Melalui keterangan resmi, TNI AL mengatakan 'blackout' menyebabkan kapal tidak terkendali dan tidak dapat melaksanakan prosedur kedaruratan untuk muncul ke permukaan air sehingga jatuh pada kedalaman 600-700 meter.
"Seharusnya ada tombol darurat untuk menghembus supaya kapal bisa timbul ke permukaan," dalam keterangan resmi TNI AL pada Rabu malam.
Ketika pencarian melalui helikopter, TNI AL menemukan tumpahan minyak di sekitar posisi KRI Nanggala-402 melakukan penyelaman.
Menurut analisa sementara, terjadi kerusakan pada tangki bahan bakar atau retak akibat tekanan air laut.
Sebelumnya, KRI Nanggala-402 hilang kontak saat sedang melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan Bali.
Pada Rabu pukul 03.00 WIB KRI Nanggala-402 yang membawa 53 orang meminta izin menyelam untuk melaksanakan penembakan.
Setelah izin diberikan, kapal selam hilang kontak dan tidak bisa dihubungi lagi.
Sejumlah kapal perang dengan menggunakan sonar aktif melakukan pencarian di sekitar posisi penyelaman, namun KRI Nanggala-402 belum ditemukan.
Beredar kabar pada Rabu malam, kapal selam tersebut telah ditemukan titik lokasinya, namun sejumlah pejabat yang dihubungi Anadolu Agency tidak memberikan konfirmasi.
KRI Nanggala-402 dibuat tahun 1977 di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman dan bergabung dengan jajaran TNI AL tahun 1981.
Menurut TNI Angkatan Laut kondisi material dan personel siap untuk beroperasi.
KRI Nanggala-402 dikomandani Letkol Laut (P) Heri Ocatvian yang telah bertugas selama satu tahun.