IHRAM.CO.ID, BEIRUT--Sebuah mobil listrik buatan Lebanon telah memulai debutnya sekaligus pertama kalinya negara Mediterania itu memproduksi mobil. Meskipun mereka sedang berjuang di tengah krisis ekonomi yang mengerikan dengan seringnya pemadaman listrik.
Dilansir dari Aljazirah, mobil sport merah bernama "Quds Rise, menggunakan nama Arab Yerusalem adalah proyek pengusaha Palestina kelahiran Lebanon, Jihad Mohammad. Ini adalah mobil pertama yang dibuat secara lokal.
Mobil ini dibangun di Lebanon dari awal sampai akhir, kata Mohammad tentang prototipe yang terpampang di depan dengan logo Kubah Batu emas seperti tempat suci di kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem, situs tersuci ketiga Islam. Mobil itu berharga Rp 435 juta lebih.
Produksi mobil hingga 10 ribu kendaraan diharapkan dimulai akhir tahun ini di Lebanon, dengan mobil yang akan memasuki pasar dalam waktu satu tahun. Perusahaan tersebut empat tahun lalu setelah bertahun-tahun di luar negeri, mempekerjakan insinyur Lebanon dan Palestina di antara 300 anggota staf.
Direktur perusahaan EV Electra, Mohammad mengatakan tujuan jangka panjangnya adalah bersaing di pasar internasional untuk mobil hibrida dan listrik, serta melakukan penjualan di Lebanon. Tetapi target itu terjadi ketika Lebanon berjuang di tengah krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, dan penjualan mobil impor berada pada rekor terendah, sebagian karena kontrol modal dan devaluasi drastis di pasar gelap.
'Langkah ke arah yang benar'?
Dealer hanya menjual 62 mobil baru dalam dua bulan pertama tahun 2021, hampir 97 persen lebih sedikit dari periode yang sama tahun sebelumnya, angka yang dirilis oleh Association of Automobile Importers di Lebanon. Krisis ekonomi sejak akhir 2019 telah menjerumuskan lebih dari separuh penduduk ke dalam kemiskinan.
Tetapi Mohammad mengatakan pembeli potensial Lebanon akan ditawarkan kesempatan untuk membayar setengah dari mobil listrik baru dalam dollar. Dan sisanya dibayar dalam pound Lebanon dengan nilai tukar yang lebih baik dari pada pasar gelap, untuk dibayar selama lima tahun tanpa bunga.
Lebanon juga bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, yang sudah tidak mencukupi untuk populasi sekitar enam juta yang mengalami pemadaman listrik setiap hari. Untuk menggerakkan mobil listrik barunya, perusahaan berencana mendirikan sekitar 100 stasiun pengisian ulang di seluruh negeri yang terhubung ke generator.
Mobil listrik ini kemudian diharapkan dapat memacu pembangunan oleh pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Analis energi independen Jessica Obeid menyambut baik inovasi tersebut, tetapi mengatakan kendaraan hanya akan ramah lingkungan jika sektor tenaga mengalami reformasi yang serius.
“Sektor energi adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca Lebanon. Dan sudah di bawah tekanan karena kekurangan dolar untuk mengimpor bahan bakar," katanya kepada kantor berita AFP.