Kenaikan itu sangat berarti bagi bisnis fesyen selama pandemi, terutama karena busana bukan pengeluaran utama di tengah aktivitas yang lebih banyak di rumah saja setahun belakangan.Sebelum pandemi, penjualannya meningkat 10 kali lipat ketika bergabung dengan e-commerce.
"Ketika ada kebijakan enggak boleh mudik, panik juga karena orang enggak banyak beli baju baru, tapi dengan Ramadan Big Sale, penjualan masih tetap naik dibandingkan biasa," dia bersyukur.
Meski kenaikannya tidak sebesar sebelum pandemi, dia merasakan juga dampak signifikan karena melalui e-commerce jangkauan konsumen juga jauh lebih luas. Sebelumnya Shahiahijab hanya fokus berjualan di sekitar rumah, kini mereka menjangkau konsumen dari berbagai provinsi.
Bunga mencoba berinovasi dengan rutin mengeluarkan produk baru per tiga hari, entah itu varian baru atau stok baru dari koleksi lama yang sudah terjual habis. Memikirkan ide-ide baru agar konsumen tidak bosan adalah tantangan yang dijalani setiap hari, tapi ia tidak bosan menerapkan prinsip amati-tiru-modifikasi dalam berkarya.
Masalah pasti selalu ada, dia juga pernah merasakan kesedihan akibat gagal produksi. Namun Bunga selalu berusaha melihatnya dari kacamata berbeda."Saya anggap kerugian sama dengan biaya belajar, pengalaman jadi ilmu yang tak ternilai biar kesalahan yang sama nantinya tidak terulang," kata dia.
Ke depannya, Shahiahijab akan terus optimistis dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan toko, serta tidak henti mengeluarkan produk-produk unggulan untuk konsumen di Indonesia dan luar negeri, dan memperlihatkan bahwa produk lokal pun tidak kalah saing dan mampu merebut hati masyarakat Indonesia, bahkan hingga yang berada di negara lain.