IHRAM.CO.ID, ABU DHABI -- Ilmuwan Uni Emirat Arab melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 ke unta. Ahli mikrobiologi veteriner di Dubai dan kepala Laboratorium Penelitian Hewan Pusat Emirat, Ulrich Wernery mengatakan, penyuntikan vaksin Covid-19 kepada unta dilakukan untuk mempelajari antibodi hewan tersebut.
"Penyuntikkan sampel mati virus Covid-19 ke dromedaris untuk memeriksa antibodi yang diproduksi oleh hewan gurun," katanya dilansir dari Alarabiya, Selasa (4/5).
Unta dikenal sebagai penyebab sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang diketahui menyebabkan penyakit pernapasan akut, masalah pencernaan, gagal ginjal, dan kematian. Ketika munculnya virus corona, peneliti ingin mencari tahu apakah dromedaris sebenarnya kebal terhadap virus tersebut.
"Ini karena unta tidak memiliki reseptor virus, sel inang yang dikenali oleh virus sebagai pintu gerbang untuk masuk ke dalam sel yang dimiliki manusia dan hewan lain yang membuat mereka rentan terhadap Covid-19," kata Wernery.
“MERS-CoV, [unta] bisa berlabuh tapi tidak sakit,” jelasnya. "Dengan Covid-19, virus tidak dapat menempel pada sel mukosa unta di saluran pernapasan karena reseptornya tidak ada atau tumpul," sambungnya.
Menurutnya ini menarik, karena selain manusia ada juga kucing, harimau dan singa yang bisa tertular Covid-19 dan dapat menularkan virusnya tetapi tidak dengan unta.
Covid-19 telah ditemukan di antara beberapa hewan, misalnya Gorila di Kebun Binatang San Diego adalah primata non-manusia pertama yang dites positif terkena virus corona. Kemudian seekor kucing di Surrey, Inggris Raya, menjadi hewan pertama di Inggris yang dites positif covid-19.
Begitu juga dengan harimau di Kebun Binatang Bronx adalah hewan pertama di AS yang dites positif. Kucing Besar lainnya dinyatakan positif, termasuk empat singa di Kebun Binatang Barcelona dan seekor macan tutul salju di Kebun Binatang Kentucky juga dinyatakan positif terkena virus.
Strain mutan virus juga ditemukan di cerpelai Denmark, yang menyebabkan 17 juta cerpelai dimusnahkan. German Shepard adalah anjing pertama di AS yang dikonfirmasi dengan Covid-19.
Namun, para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan risiko hewan menyebarkan Covid-19 ke manusia tergolong rendah. Meski sumber pasti Covid-19 tidak diketahui, para ilmuwan WHO yakin kemungkinan itu berasal dari kelelawar.
Wernery mengatakan, bahwa dia berharap studi penting yang dia lakukan dapat memberikan jawaban lebih lanjut tentang Covid-19 dan berpotensi memberikan opsi pengobatan alternatif.
"Kami telah mengimunisasi unta kami dengan virus Covid-19 yang mati untuk menghasilkan antibodi dan kami menggunakan darah ini untuk membuat tes yang lebih baik untuk diagnosis Covid-19," ujarnya.
"Lami berharap suatu hari nanti kami dapat menggunakan darah - antibodi - dari unta untuk mengobati manusia melawan infeksi Covid-19," tambahnya.
Sampai saat ini, vaksin yang bekerja untuk mengenali dan melawan virus dan bakteri yang menjadi targetnya, adalah satu-satunya bentuk pengobatan yang diakui oleh WHO. Setidaknya ada tujuh vaksin berbeda telah diluncurkan di negara-negara di seluruh dunia. Pada saat yang sama, lebih dari 200 kandidat vaksin tambahan sedang dikembangkan.
Lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia telah dinyatakan positif Covid-19 sejak merebaknya pandemi.