IHRAM.CO.ID, YERUSSALEM--Kekerasan baru pecah di akhir Ramadhan pada 9 Mei lalu. Konflik bermula saat pasukan Israel dengan perintah pengadilan, mulai mengusir keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah dan Silwan.
Dilansir dari Salaam Gateway, selain banyaknya korban jiwa, penjajahan yang berkepanjangan berdampak besar pada ekonomi wilayah Palestina. Ekonomi wilayah Palestina yang terjajah berkembang pesat sebelum tahun 1967. Namun di bawah pendudukan yang berkepanjangan, wilayah tersebut telah di ambang kehancuran ekonomi dan kemanusiaan di Tepi Barat dan bencana kemanusiaan yang parah di Gaza, kata badan PBB UNCTAD pada 2019.
Padahal sebelum pendudukan, pertanian adalah komponen terpenting dari ekonomi Palestina dan mempekerjakan sekitar seperempat angkatan kerja dan menyumbang sekitar sepertiga dari PDB dan ekspor
Sejak dimulainya penjajahan pada tahun 1967 juga, rakyat Palestina telah kehilangan akses ke lebih dari 60 persen tanah di tepi barat, dua pertiga dari tanah yang dikuasai sebelumnya. Hal ini bertambah buruk, pada april 2020 satu bulan setelah dimulainya pandemi Covid-19, pendapatan fiskal otoritas nasional Palestina turun ke level terendah dalam 20 tahun.
Saat ini kekerasan di wilayah tersebut meningkat menjadi serangan udara. Tindakan ini menewaskan warga Palestina dan Israel, dan itu berlanjut hingga hari ini. Jumlah kematian juga dilaporkan terus meningkat, menurut laporan Reuters.
Konflik Palestina-Israel dimulai setidaknya 100 tahun yang lalu, dengan tanggal kuncinya adalah tahun 1948 ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaan setelah perang dengan Palestina dan negara-negara sekutu Arab. Adanya perang selama enam hari pada tahun 1967, Israel mengambil alih lebih banyak tanah Palestina setelah pertempuran dengan pasukan Mesir dan Yordania.