IHRAM.CO.ID, KUWAIT -- Ratusan warga Kuwait berdemonstrasi untuk mendukung warga Palestina dan membakar bendera Israel untuk memprotes pemboman Gaza, Rabu (19/5). Aksi ini bisa kembali dilakukan setelah pihak berwenang mengizinkan unjuk rasa untuk dilanjutkan meskipun ada pembatasan virus corona.
Para pengunjuk rasa hanya diberi akses ke alun-alun utama dengan berjalan kaki untuk membatasi jumlah. Mereka meneriakkan "Matilah Israel" dan memegang spanduk yang menolak kesepakatan normalisasi yang dibuat oleh Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel.
"Kami mengirim pesan kepada teman-teman kami di negara-negara GCC (Dewan Kerjasama Teluk) bahwa normalisasi apapun dengan Zionis tidak akan membantu. Itu membantu pembunuh melawan rakyat Palestina," kata aktvisi dan politikus Kuwait Osama al-Zaid.
Pengeboman udara Israel di Gaza telah menewaskan 227 orang dalam konflik 10 hari itu, sementara serangan roket dari Hamas telah menewaskan 12 orang di Israel. Hamas mulai menembakkan roket pada 10 Mei sebagai pembalasan terhadap warga Palestina di Yerusalem dan menyusul bentrokan polisi Israel dengan jamaah di Masjid Al-Aqsa.
"Palestina dan Al-Aqsa ada di hati kami. Kami benar-benar menolaknya (normalisasi)," kata pegawai Kuwait berusia 30 tahun, Zahraa Habeeb.
Pengunjuk rasa lain, termasuk puluhan ekspatriat, meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan serangan roket di Tel Aviv. Pemerintah Kuwait telah mengirim bantuan untuk Palestina minggu ini, mencegah unjuk rasa serupa, dengan alasan kekhawatiran Covid-19.
Protes jarang terjadi di wilayah Teluk, karena pemerintah menutup-nutupi perbedaan pendapat dan partai politik tidak diizinkan. Tapi, beberapa negara akhirnya memperbolehkan, seperti Qatar juga mengizinkan protes pro-Palestina.