IHRAM.CO.ID, GAZA – Dari 279 korban yang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza, 69 di antaranya adalah anak-anak. Anak-anak Gaza harus menanggung penderitaan pasca perang. Video yang menampilkan anak Palestina, Nadine Abdullatif berusia sepuluh tahun menangis telah viral di media sosial. Lebih dari 13 juta kali video tersebut ditonton.
Hancur hatinya saat berdiri di depan sisa-sisa rumah tetangganya setelah diserang oleh Israel. Matanya merah sambil menangis terisak, ia mengatakan “Anda melihat semua ini? Apa yang Anda harapkan dari saya? Perbaiki? Saya baru 10 tahun,” kata dia.
Sejak pertempuran, internet mulai menampilkan serangkaian kekerasan yang dilakukan oleh Israel selama dua pekan terakhir. Namun, sensor yang diterapkan untuk unggahan pro-Palestina tampaknya lenyap di sebagian platform media sosial. Misalnya, reaksi terhadap video Nadine.
Middle East Eye mencoba memanggil melalui telepon dan bertanya bagaimana detail situasi dalam video tersebut. “Ketika mereka mengebom rumah di sebelah kami, saya mendengar suaranya sangat keras karena mereka sangat dekat dengan kami dan saya sangat ketakutan,” kata Nadine.
Adik laki-lakinya yang baru menginjak usia enam tahun juga sangat ketakutan. Sebagai kakak, Nadine menyembunyikan rasa takutnya agar adiknya tidak terlalu takut. “Saya selalu berusaha menyembunyikan ketakutan saya karena saya berusaha menjaga adik saya. Saya ingin dia merasa aman,” ujar dia.
Akibat penyerangan ini, Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) menampung anak-anak yang trauma. Mereka berusia antara lima dan 15 tahun. Sayangnya, mereka terbunuh. Di antara anak-anak itu adalah Lina Iyad Shar yang berusia 15 tahun. Dia dibunuh bersama kedua orang tuanya pada 11 Mei.
NRC mengatakan saudara perempuan Shar yang berusia dua tahun, Mina menderita luka bakar tingkat tiga dan tetap dalam kondisi kritis. Serangan yang sama juga menewaskan anak berusia empat tahun Zaid Mohammad Telbani dan ibunya, Rima yang sedang hamil lima bulan. Adik Zaid tetap hilang dan diperkirakan tewas.
“Mereka sekarang telah pergi, dibunuh bersama keluarga mereka, dikubur dengan mimpi mereka dan mimpi buruk yang menghantui mereka. Kami menyerukan kepada Israel untuk menghentikan kegilaan ini. Anak-anak harus dilindungi,” kata Sekretaris Jenderal NRC, Jan Egeland.