IHRAM.CO.ID, DHAKA -- Dua pejabat senior Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengunjungi pulau terpencil Bangladesh di selatan Teluk Benggala pada Senin (31/5) untuk meninjau tempat yang menampung lebih dari 18 ribu pengungsi Rohingya.
Dengan difasilitasi pemerintah Bangladesh, Asisten Komisaris Tinggi UNHCR untuk Operasi Raouf Mazou dan Asisten Komisaris Tinggi Perlindungan Gillian Triggs tiba di pulau Bhasan Char. Mereka juga akan mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya lain di distrik selatan Cox's Bazar.
Dalam waktu kurang dari sepekan, tiga pejabat PBB telah mengunjungi pengungsi Rohingya. Pada tanggal 26 Mei, Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir mengunjungi Cox's.
“Berdasarkan temuan awal dari kunjungan pertama PBB ke Bhasan Char pada akhir Maret, PBB dengan jelas mengakui kebutuhan kemanusiaan dan perlindungan yang berlaku bagi pengungsi Rohingya ke pulau itu,” kata Petugas Komunikasi UNHCR, Louise Donovan.
Oleh karena itu, PBB mengusulkan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah Bangladesh mengenai keterlibatan operasional di Bhasan Char. Ini termasuk tentang kebijakan yang mengatur kehidupan dan kesejahteraan pengungsi Rohingnya di pulau itu. Pemerintah telah membangun 1.400 rumah dengan balok beton dan 120 tempat perlindungan bertingkat di Bhasan Char.
Setiap rumah terdiri dari 16 kamar. Menghabiskan lebih dari 350 juta dolar Amerika, Bangladesh telah mengembangkan proyek pemukiman kembali seluas 13 ribu hektare untuk menampung kembali 100 ribu Muslim Rohingnya sementara waktu.
Komisaris Pemulihan dan Repatriasi Bangladesh, Shah Rezwan Hayat mengatakan pihaknya berharap adanya langkah baik PBB untuk masa depan pengungsi Rohingya di Bhasan Char. Kemungkinan, PBB memiliki persyaratan tambahan karena kondisi kehidupan dan keamanan di sana sangat prihatin.
“Jika mereka mengajukan lebih lanjut persyaratan lain untuk pengungsi Rohingya di pulau Bhasan Char, pemerintah akan mengevaluasinya sesuai ketentuan,” kata Hayat.
Sementara itu, ratusan pengungsi Rohingya menuntut peluang mata pencaharian selama kunjungan tim PBB . Salah seorang pengungsi yang enggan disebutkan namanya mengaku merasa seperti di penjara. Dia telah makan makanan yang sama dalam waktu lama dan dilarang memancing ikan di laut.
"Sepertinya saya berada di penjara pulau," ujarnya.
Pada akhir April, Human Rights Watch menuduh pasukan keamanan Bangladesh menyiksa pengungsi Rohingya dan mendesak pemerintah untuk menyelidiki masalah tersebut. Menurut sumber polisi, 29 Rohingya ditahan setelah berusaha melarikan diri dari pulau itu.
Dikutip Anadolu Agency, Selasa (1/6), UNHCR dalam sebuah pernyataan menyatakan keprihatinan atas terlukanya pengungsi Rohingya di pulau itu pada malam kunjungan pejabat tinggi PBB. Anggota angkatan laut Bangladesh diduga menggunakan pentungan terhadap pengungsi Rohingya pada Senin pagi yang menyebabkan banyak orang terluka, termasuk wanita dan anak-anak.
“Kami sangat prihatin mengetahui laporan pengungsi yang terluka selama kunjungan . Kami menyesal bahwa dari mereka ada wanita dan anak-anak," kata pernyataan itu.
UNHCR menambahkan pihaknya terus mencari informasi tambahan tentang kondisi asli para pengungsi dan mendesak agar mereka menerima bantuan medis yang memadai.