IHRAM.CO.ID, BERLIN – Penolakan terhadap Peta Islam yang disusun Austria juga datang dari kalangan non-Muslim. Peta ini dinilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap umat Islam dan berpotensi sebagai alat mencurigai mereka.
Ilmuwan politik Austria, Prof Heinz Gaertner dari Universitas Wina mengatakan peta ini sebagai tindakan diskriminatif. Dia memperingatkan akan ada kekacauan dan pelanggaran hukum terhadap Muslim.
“Hanya masalah waktu sebelum akan ada serangan kekerasan terhadap institusi Islam. Pelabelan publik terhadap kelompok tertentu seperti itu selalu menjadi awal dan dasar penghinaan, bahkan penganiayaan,” kata Gaertner, dilansir Anadolu Agency, Kamis (3/6).
Sementara itu, Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU) Jerman yang dipimpin Kanselir Angela Merkel menyatakan dukungannya atas inisiatif pemerintah Austria. “Kami tidak membutuhkan kemarahan buatan tentang Peta Islam Austria. Kami membutuhkan debat serius tentang bagaimana menangani ekstremisme Islam di Jerman,” kata Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Baden-Wurttemberg Selatan, Thomas Strobl.
Sementara itu, Dewan Pusat Muslim Jerman mengkritik pemerintah Austria karena meluncurkan Peta Islam digital yang kontroversial dengan menyebutnya sebagai keputusan yang tidak bertanggung jawab.
“Tindakan ini rasis anti-Muslim. Jutaan Muslim dicurigai secara umum. Yang hilang dari tindakan tidak bertanggung jawab ini adalah demokrasi dan nilai-nilai masyarakat bebas di Eropa,” kata Kepala Dewan Pusat Muslim Jerman, Aiman Mazyek kepada surat kabar WAZ.
Pada Selasa, Menteri Urusan Luar Negeri dan Integrasi Austria, Susanne Raab membela Peta islam di tengah meningkatnya kritik dalam komunitas Muslim. “Ini sama sekali bukan menjadi kecurigaan umum terhadap Muslim. Ini tentang perjuangan bersama melawan Islam politik sebagai tempat para ekstremisme,” kata Raab dalam wawancara dengan surat kabar harian Jerman WELT.
Raab meluncurkan situs internet pekan lalu yang disebut Peta Nasional Islam yang dilengkapi nama dan lokasi lebih dari 620 masjid, asosiasi dan pejabat Muslim. Banyak Muslim merasa terstigmatisasi dan keamanan mereka terancam oleh publikasi alamat dan rincian lainnya di tengah maraknya Islamofobia di Austria, terutama setelah serangan teror mematikan di Wina November lalu.
Sumber: anadolu agency