IHRAM.CO.ID, WELLINGTON -- Muslim Selandia Baru menyatakan keberatan dengan rencana pembuatan film tentang penembakan masjid Christchurch 2019, Jumat (11/6). Peristiwa yang menewaskan 51 orang dinilai masih terlalu menyakitkan untuk keluarga yang berduka dan komunitas mereka.
"Masih banyak hal sensitif seputar peristiwa tragis itu," kata juru bicara Asosiasi Muslim Canterbury, Abdigani Ali, dalam sebuah pernyataan.
Menurut Hollywood Reporter, film tersebut akan berjudul They Are Us. Ceritanya akan fokus pada tanggapan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern atas serangan terhadap dua masjid oleh seorang supremasi kulit putih pada 15 Maret 2019.
Judul tersebut diambil dari kata-kata Ardern pada hari serangan itu. Tanggapan penuh kasih dari pemimpin berusia 40 tahun itu terhadap serangan menyatukan negaranya dan mendapatkan pujian secara global.
"Meskipun pengakuan perdana menteri kami atas tanggapannya terhadap serangan memang pantas, kami mempertanyakan waktu dan apakah film tepat sekarang? Serangan teroris masih mentah untuk komunitas kami," ujar Ali.
Ali menyadari kisah penembakan itu perlu diceritakan tetapi harus dilakukan dengan cara yang tepat, otentik, dan sensitif. "Perlu ada banyak pekerjaan yang dilakukan di Selandia Baru dalam hal undang-undang ujaran kebencian, mengakui Islamofobia memang ada di masyarakat kita dan prasangka institusional dalam aparat pemerintah kita sebelum sebuah film blockbuster keluar yang menyatakan bahwa kita telah melakukan pekerjaan dengan baik di sini, di Selandia Baru," katanya.
Ardern telah menyatakan tidak terlibat dalam proyek pembuatan film tersebut. Kantor Ardern mengatakan dia dan pemerintah tidak terlibat dengan itu.
Aktris Australia Rose Byrne akan memerankan Ardern dalam film tersebut. Sedangkan seniman Selandia Baru bernama Andrew Niccol akan menulis dan menyutradarainya.
Niccol menyatakan, They Are Us tidak begitu banyak membahas tentang serangan itu tetapi tanggapannya. Dia menggambarkan film itu sebagai kisah inspirasional tentang tanggapan pemimpin muda itu terhadap peristiwa tragis.
Tapi tetap saja beberapa Muslim mempertanyakan fokus dari cerita itu. Tagar TheyAreUsShutDown pun menjadi trending di Twitter di Selandia Baru.
"Ini bukan kisah yang menginspirasi. Ini adalah tragedi, yang harus selalu berpusat di sekitar para korban Muslim dan keluarga mereka. Tidak ada orang lain," kata jurnalis dan penyair yang berbasis di Auckland, Mohamed Hassan.