IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane memprediksi fasilitas kesehatan di Indonesia terancam kolaps dalam dua minggu hingga satu bulan ke depan akibat lonjakan kasus Covid-19.
Dia melanjutkan, hal itu dapat terjadi apabila penularan kasus masih tidak terkendali.
“Jika tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita akan kolaps,” kata Masdalina melalui diskusi virtual pada Kamis, seperti dilansir Anadolu Agency.
Menurut dia, pemerintah tidak bisa hanya menambah ketersediaan tempat tidur isolasi dan ruang perawatan intensif untuk menghadapi lonjakan kasus.
“Pada satu titik akan terjadi lonjakan kapasitas dan rumah sakit tidak mampu lagi menangani,” tutur Masdalina.
Dia menyarankan agar pemerintah juga fokus mengendalikan kasus Covid-19 secara sistematis dari hulunya, misalnya dengan memperketat pengawasan pembatasan kegiatan masyarakat berskala mikro hingga skala RT dan RW.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSSI) Lia Gardenia mengatakan tempat tidur isolasi dan ICU di sejumlah provinsi telah melewati ambang batas aman.
Menurut catatan PERSSI, kapasitas rumah sakit di Jawa Barat dan Jakarta telah terisi 76 persen, Jawa Tengah sebanyak 75 persen, dan Banten 70 persen hingga pekan ini.
Selain itu, pusat isolasi seperti Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet mulai penuh karena menerima lebih dari 500 pasien dalam satu hari.
Dalam kondisi seperti ini, Lia mengatakan mulai muncul antrean pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
“Beberapa provinsi bahkan ada yang rumah sakitnya sudah tidak bisa menampung lagi pasien baru,” kata Lia kepada Anadolu Agency.
Rumah sakit telah menambah kapasitas tempat tidur khusus Covid-19 sesuai instruksi Kementerian Kesehatan, namun apabila hal ini terus terjadi maka pasien dengan penyakit selain Covid-19 akan terdampak, tambah Lia.
Dia melanjutkan, situasi darurat seperti Januari-Februari lalu sangat mungkin terulang kembali apabila tidak ada pengendalian yang lebih ketat.
Pada saat itu fasilitas kesehatan penuh dan banyak pasien meninggal di IGD sebelum mendapat ruang perawatan.
PERSSI menilai pembatasan aktivitas yang lebih ketat pada saat ini dapat berkontribusi mengurangi beban di fasilitas kesehatan.
“Kami mengharapkan begitu daerah itu sudah menjadi kawasan merah dan hitam, itu sudah harus isolasi,” ujar dia.
“Misal kalau kita lihat Kudus yang jelas terjadi peningkatan kasus dan ada varian baru, itu memang harus lockdown satu kota supaya tidak lagi warganya keluar-keluar,” lanjut Lia.