REPUBLIKA.CO.ID, -- Saat sekarang memang masyarakat merasa jenuh menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan sebagian banyak yang merasa jenuh sehingga mereka abai mentaati protokol kesehatan (prokes), yakni memakai masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak dan tidak bepergian kalau tidak ada kepentingan mendesak.
Kenyataan itu diakui Wakapolri Komjen pol Gatot Eddy Pramono. Dia mengatakan semuanya memang sudah jenuh dan lelah menghadapi Covid-19 yang masih belum berakhir. Namun ia meminta agar seluruh pihak terkait tetap semangat dan tetap menjaga keselamatan masyarakat juga jaga anggota yang bertugas.
"Kita tahu kita sudah capek tapi jangan kendor. Ini tugas kemanusiaan, kita jaga keselamatan masyarakat tapi keselamatan bapak bapak ibu juga di dijaga dan anggota karena kita juga bukan manusia super," ujar Gatot Eddy saat mengunjungi Kampung Tangguh Jaya di Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (17/6).
Dalam kesempatan itu, Gatot Eddy mengapresiasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro sudah dilaksanakan oleh jajarannya, dan instansi terkait. Salah satunya di Kampung tangguh Jaya RW 03 Kelurahan Cilangkap Kecamatan Cipayung Jaktim
"Bagus sekali bisa melakukan tressing, testing dari 600 warga 111 yang positif dan hari ini satu sudah kembali itu salah satu contoh bagaimana kalau PPKM mikro itu di optimalkan," ungkap Gatot Eddy menambahkan.
Lanjut Gatot Eddy, jika pandemi Covid-19 berakhir dapat dipastikan perekonomian akan membaik akan kembali kepada situasi yang lebih baik dari sekarang. Karena itu ia juga meminta agar semua stakehokder terkait, baik itu aparat, pemerintah, dan juga masyarakat bahu membahu menurunkan angka Covid-19 ini.
"Kita turunkan, bekerja bersama sama saling sinergi koordinasi kolaborasi harus dikerjakan secara terus-menerus Kapolsek, Camat Lurah, RW dan Babinkamtibmas, Babinsa. Ini bagus," ajak Gatot Eddy.
Cegah Kerumunan Nobar Piala Euro 2020
Salah satu hal yang diwaspadai karena mengundang penyebaran Covid-19 adalah kegiatan nonton bareng (nobar) Piala Eropa 2020. Ini sangat perlu diperhatikan karena turnamen ini adalah ajang salah satu pertandingan terbaik sepak bola yang terbaik. Dan selama ini masyarakat memang menyukainya. bahkan ada kebiasaan yang menyatakan menonton bola ramai-ramai lebih nikmat dari pada menonton sendirian.
Kompetisi sepakbola Piala Eropa Euro 2020 pun telah dimulai beberapa hari lalu. Di mana-mana sering dijumpai acara nonton bareng (nobar). Warga banyak yang tak peduli dengan menntongan tayangan pertandingan itu secara beramao-ramai sebuah tempat, misalnya di warung atau tempat tongkrongan pinggir jalan.
Meihat kenyataan itu satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 berupaya melakukan beberapa cara dan pendekatan untuk mencegah kerumunan. Ini dilakukan dengan melakukan komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi dengan berbagai pihak,
"Kami menggunakan pendekatan komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi antardaerah. Kami juga menggunakan pendekatan kearifan lokal," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi.
Ia menambahkan, pemerintah telah menyampaikan komunikasi risiko ke masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah daerah (pemda) untuk terus menerus berkomunikasi dengan masyarakatnya secara intens.
Selain itu,katanya, berbagai anjuran melalui upaya kearifan lokal terus dicoba membuat adaptasi kebiasaan baru betul-betul melekat di masyarakat. Hal ini termasuk dengan mengimbau masyarakat secara terus menerus tidak menggelar 'nobar' Piala Euro 2020. Kalau nonton di rumah saja dan dilakukan secara terbatas.
Menghindari kerumunan dan mentaati prokes dengan diantara tidak melakukan nobar Piala Euro tersebut, merupakan upaya ini penting yang harus dilakukan. Hal ini karena ketika kepatuhan masyarakat melakukan protokol kesehatan (prokes) buruk maka dampaknya terjadi lonjakan kasus Covid-19 akan luar biasa.
Sonny kemudian menyontohkan dengan peristiwa dua pekan sebelum lonjakan kasus di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Kala itu kepatuhan memakai masker hanya 18 persen. Artinya, yang tidak pakai masker 82 persen dan kasus Covid-19 di tempat itu pun kemudian meningkat drastis.
"Alhamdulilah dengan menggandeng para ulama, para seniman dan tokoh masyarakat di Bangkalan, kepatuhan memakai masker dan taat prokes di sana datanya sudah naik menjadi 53 persen. Walau sudah naik, kita membutuhkan kenaikan kepatuhan prokes sehingga bisa signifikan," katanya.
Ia menegaskan, kenaikan kepatuhan terhadap prokes penting dilakukan. Sebab, pihaknya mengamati setiap penurunan kepatuhan prokes selalu diikuti oleh peningkatan kasus di satu daerah.
"Kita tidak bisa menolak lagi bahwa libur panjang, peningkatan mobilitas selama libur lebaran diikuti penurunan kepatuhan prokes dan terbukti meningkatkan kasus. Jadi, kami tidak mau mengulangi kesalahan yang sama," ujarnya.