Dimulai dengan Undang-Undang Peradaban India tahun 1819, Amerika Serikat memberlakukan undang-undang dan kebijakan untuk mendirikan dan mendukung sekolah asrama India di seluruh negeri. Selama lebih dari 150 tahun, anak-anak Pribumi diambil dari komunitasnya dan dipaksa masuk ke sekolah berasrama yang berfokus pada asimilasi.
Haaland berbicara tentang upaya pemerintah federal untuk menghapus identitas suku, bahasa dan budaya dan bagaimana masa lalu itu terus memanifestasikan dirinya melalui trauma yang lama, siklus kekerasan dan pelecehan, kematian dini, gangguan mental dan penyalahgunaan zat adiktif.
Penemuan jenazah anak-anak baru-baru ini yang terkubur di lokasi yang dulunya merupakan sekolah perumahan orang Pribumi Amerika terbesar di Kanada telah meningkatkan minat terhadap warisan itu baik di Kanada maupun AS.
Di Kanada, lebih dari 150.000 anak First Nations diharuskan menghadiri sekolah Kristen yang didanai negara sebagai bagian dari program untuk mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat. Mereka dipaksa masuk Kristen dan tidak diizinkan berbicara dalam bahasa mereka. Banyak yang dipukuli dan dicaci maki, dan hingga 6.000 orang dikatakan telah meninggal.
Setelah membaca tentang kuburan tak bertanda di Kanada, Haaland menceritakan kisah keluarganya sendiri dalam sebuah opini baru-baru ini yang diterbitkan oleh Washington Post.
Keterangan foto: Menteri Dalam Negeri Deb Haaland. Dia meluncurkan penyelidikan di AS setelah membaca laporan tentang kuburan tak bertanda di Kanada yang menampung sisa-sisa 215 anak-anak Pribumi [File: Evan Vucci/AP Photo]
Haaland menulis bahwa dia adalah "produk dari kebijakan asimilasi yang mengerikan ini. Dia menceritakan bagaimana "kakek dari pihak ibu dicuri dari keluarga mereka" pada usia delapan tahun. Dia mengutip statistik dari National Native American Boarding School Healing Coalition, yang melaporkan bahwa pada tahun 1926, lebih dari 80 persen anak-anak usia sekolah Pribumi menghadiri sekolah asrama yang dikelola oleh pemerintah federal atau organisasi keagamaan.
Selain menyediakan sumber daya dan meningkatkan kesadaran, koalisi ini telah bekerja untuk mengumpulkan penelitian tambahan tentang sekolah asrama AS dan kematian yang menurut banyak orang masih sangat kekurangan. Pejabat di Departemen Dalam Negeri mengatakan selain mencoba menjelaskan lebih banyak tentang hilangnya nyawa di sekolah asrama, mereka juga akan bekerja untuk melindungi situs pemakaman yang terkait dengan sekolah dan akan berkonsultasi dengan sukunya tentang cara terbaik untuk melakukannya sambil menghormati keluarga dan komintasnya, Sebagai bagian dari inisiatif, laporan akhir dari staf agensi dari penyelidikan ini akan jatuh tempo pada 1 April 2022.
Haaland dalam pidatonya juga menceritakan kisah neneknya yang dimuat di kereta dengan anak-anak lain dari desanya dan dikirim ke sekolah asrama.Dia mengatakan banyak keluarga telah dihantui terlalu lama oleh “sejarah kelam” dari lembaga-lembaga ini.Maka lembaga tersebut memiliki tanggung jawab untuk memulihkan sejarah itu.
“Kita harus mengungkap kebenaran tentang hilangnya nyawa manusia dan konsekuensi abadi dari sekolah-sekolah ini,” katanya.