IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengumumkan rencana meluncurkan maskapai penerbangan nasional kedua, Selasa (29/6). Langkah ini sebagai bagian dari strategi mengubah Saudi menjadi pusat logistik global yang berusaha mengurangi ketergantungan pada sektor minyak.
Pembentukan maskapai ini akan melambungkan Arab Saudi ke peringkat kelima secara global dalam hal lalu lintas angkutan udara. Namun, sampai saat ini belum ada perincian lebih lanjut.
Putra Mahkota Mohammed mempelopori ekonomi Arab Saudi terbesar di Negara Teluk untuk meningkatkan pendapatan non-minyak menjadi sekitar 12 miliar dolar Amerika pada 2030. Selain itu, akan ada pengembangan pelabuhan, jaringan kereta api, dan jalan raya.
Ini meningkatkan kontribusi pada sektor transportasi dan logistik terhadap produk domestik bruto menjadi 10 persen dari enam persen. “Strategi komprehensif bertujuan memposisikan Arab Saudi sebagai pusat logistik global yang menghubungkan tiga benua. Ini akan membantu sektor lain seperti pariwisata, haji dan umrah untuk mencapai target nasional mereka,” kata Mohammed bin Salman.
Penambahan maskapai lain akan meningkatkan jumlah tujuan internasional dari Arab Saudi menjadi lebih dari 250 dan melipatgandakan kapasitas kargo udara menjadi lebih dari 4,5 juta ton. Saudia telah berjuang menghadapi kerugian akibat pandemi virus Covid-19.
Media lokal melaporkan awal tahun ini dana kekayaan kedaulatan kerajaan, yaitu Dana Investasi Publik (PIF) berencana membangun bandara baru di Riyadh sebagai bagian dari peluncuran maskapai baru tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Dilansir Aljazirah, Rabu (30/6), pekan lalu Bloomberg melaporkan bandara baru akan berfungsi sebagai pangkalan untuk maskapai baru yang akan melayani wisatawan.
Sementara maskapai penerbangan Saudia yang ada akan fokus pada wisata religi dari pangkalannya di Jeddah. Saudi Arabian Airlines milik negara adalah maskapai terbesar. Maskapai penerbangan lain yang bertarif rendah Flyadeal, dimiliki oleh Saudi Arabian Airlines dan Flynas dimiliki oleh Kingdom Holding milik Pangeran Alwaleed bin Talal Al Saud.