Kamis 01 Jul 2021 19:44 WIB

Survei: Meski Krisis, Konsumi Rokok Si Miskin tak Turun

Pengeluaran rokok keluarga miskin setara dengan sepertiga pengeluaran makan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Survei: Meski Krisis, Konsumi Rokok Si Miskin tak Turun
Foto:

"Berpindah ke rokok murah membuat perokok miskin mempertahankan kuantitas konsumsi rokoknya dengan pengeluaran yang lebih rendah," kata Yusuf.

Krisis tidak mampu membuat penduduk miskin mengurangi konsumsi rokoknya, terlebih berhenti merokok. Di tengah kondisi ekonomi yang kian terpuruk pun, perokok miskin tetap berusaha keras terus merokok.

Terhempas pandemi, pengeluaran rokok rata-rata keluarga miskin turun hingga 10 persen, dari Rp 406 ribu menjadi Rp 364 ribu per bulan. Meski secara nominal turun, namun secara riil beban pengeluaran rokok keluarga miskin tidak menurun antara sebelum dan saat pandemi.

Yusuf menambahkan proporsi pengeluaran rokok pada pengeluaran utama keluarga miskin tidak berubah di kisaran 15 persen, baik sebelum maupun saat pandemi. Maka, krisis tidak membuat keluarga miskin mengurangi beban pengeluaran rokoknya.

Dalam survei tersebut terlihat perokok di keluarga miskin didominasi laki-laki dengan posisi di keluarga sebagai ayah, suami, dan anak laki-laki mencapai 89,4 persen responden perokok. Prevalensi atau jumlah perokok di keluarga miskin rata-rata 11,3 persen, dengan konsumsi rokok rata-rata mencapai 8,6 batang per hari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement