Senin 05 Jul 2021 07:44 WIB

Zamzam, Hadiah Bagi Perjuangan Siti Hajar

Tidak ada kesenangan yang didapat oleh seorang hamba tanpa ada perjuangan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Zamzam, Hadiah Bagi Perjuangan Siti Hajar. Renovasi pengelolaan air sumur Zamzam di Makkah (13/11).
Foto: saudigazette.com
Zamzam, Hadiah Bagi Perjuangan Siti Hajar. Renovasi pengelolaan air sumur Zamzam di Makkah (13/11).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sumur zamzam merupakan hadiah dari Allah SWT atas mujahadah (perjuangan) Siti Hajar ketika ditinggal Nabi Ibrahim di bukit gersang tanpa penghuni. Tidak ada kesenangan yang didapat oleh seorang hamba tanpa ada perjuangan.

Semua berawal ketika Ibrahim meminta istrinya tinggal di dekat salah satu bukit (saat ini Safa dan Marwah) itu bersama si kecil Ismail, sementara ia telah siap untuk berangkat. Istrinya sempat bertanya kepada Ibrahim.

Baca Juga

"Mengapa kamu meninggalkan kami sendirian di sini? Mengapa kamu meninggalkan kami disini hingga mati?"

Namun, Ibrahim menjawab," Jika Allah telah menyuruhmu untuk melakukannya, dia tidak akan membiarkanmu mati."

Beberapa saat kemudian, Ismail yang masih bayi menangis meminta minum. Tetapi tidak ada setetes air pun untuk diminum.

Maka Siti Hajar berlari dari satu bukit ke bukit yang lain. Tetapi di sana tidak ada air dan tak ada seorangpun yang memberinya air

"Ketika bayi itu menangis menyayat hati dan dan sang ibu terus berlari dari satu bukit ke bukit yang lain," tulis Saniyasnain Khan dalam bukunya Ibadah Haji Agar Kita Memahami Secara Tepat.

Setelah Hajar berjuang tanpa lelah, Allah menurunkan mukjizatnya. Mukjizat itu adalah sebuah mata air yang menyembur keluar di bawah kaki Ismail. Ketika Siti Hajar melihatnya dari kejauhan, ia berteriak 'zamzam'. 

"Kata 'zamzam' berasal dari bahasa Babilonia yang artinya air yang memancar," katanya.

Siti Hajar segera menghampiri dan mengambil air yang segar itu untuk memberi minum bayinya. Dengan demikian, hidupnya dapat terselamatkan. Sumber air ini kemudian menjadi terkenal sebagai sumber zamzam. 

"Ismail dan ibunya mulai tinggal di lembah itu," katanya.

Dan karena ada sumber air zamzam, maka orang-orang mulai berdatangan ke daerah itu. Lambat-laun, tempat itu menjadi sebuah kota suci yang kemudian bernama Makkah.

Setelah lama berlalu, Ibrahim pun kembali ke Makkah untuk bertemu dengan keluarganya. Terutama ia ingin melihat anaknya yang sedang tumbuh di lingkungan alam yang indah. 

"Itulah sebuah permukiman baru di sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit, yang jauh dari kota-kota besar yang ketika itu sebagian besar penduduknya menyembah berhala," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement