IHRAM.CO.ID, RAMALLAH--Jurnalis Palestina melakukan mogok kerja selama satu jam sebagai protes terhadap kegagalan keamanan Palestina untuk melindungi profesi mereka. Sebagian besar jurnalis radio, online, dan lepas ikut serta dalam protes yang dilakukan pada Selasa, (6/7).
“Mereka berhenti bekerja selama satu jam untuk memperjelas bahwa jurnalis Palestina tidak menerima serangan terus menerus dan pembatasan yang diberlakukan. Serangan yang tujuannya adalah untuk membungkam kami dan mereka berpikir bahwa efek mengerikan ini akan menghentikan kami dari bekerja. Mereka salah,” kata anggota Serikat Jurnalis Palestina, Omar Nazzal dilansir dari Arab News, Rabu (7/7).
Dalam aksinya, serikat itu juga mengutuk penangkapan enam wartawan pada Senin lalu dan memperingatkan bahwa itu bertentangan dengan janji yang dibuat oleh Perdana Menteri Palestina.
"Pagi ini Perdana Menteri Mohammad Shtayyeh berjanji untuk menghormati kebebasan berekspresi dan pers, namun keamanan Palestina bertentangan dengan pernyataannya," katanya.
Menjelaskan kepada Arab News apa yang terjadi pada hari Senin, Hind Shraydeh, seorang presenter di Watan TV, mengisahkan kekerasa polisi.
“Ketika saya mendengar tentang penangkapan suami saya Abby Aboudi, saya membawa anak-anak dan ayah mertua saya ke kantor polisi. Saya terus bertanya tentang suami saya dan saya berteriak menuntut kebebasannya,"jelasnya.
Saat suaranya semakin keras dan para jurnalis mulai merekam, dan tiba-tiba Hind mendapati dirinya diserang. “Saya disemprot merica dan dipisahkan dari anak-anak saya ketika saya ditarik ke kantor polisi,” katanya.
Dia kemudian diizinkan untuk melihat suaminya dan dibebaskan tanpa menandatangani janji yang diminta polisi untuk dia tanda tangani.
Jurnalis lain, Moamar Orabi, Direktur situs web Watan TV, mengatakan kepada Arab News bahwa dia termasuk di antara jurnalis yang diserang pada hari Senin saat dia meliput protes.
“Saya berada di lokasi dekat Muqata (markas besar Presiden Palestina) dan saya berbicara dengan tenang dengan salah satu pasukan keamanan Palestina lokal tentang perlunya menghormati hukum dan perlindungan jurnalis,” katanya.
“Tiba-tiba, satu unit polisi datang dipimpin oleh seseorang dengan tudung dan dia menunjuk ke saya memberi tahu rekan-rekan sekuritinya bahwa saya adalah penghasutnya. Mereka mulai memukuli saya dan pada saat yang sama, sejumlah besar pengunjuk rasa Palestina datang membantu saya dan menyelamatkan saya dari serangan yang tidak beralasan,” tambahnya.
Menurutnya, kejadian ini sangat menakutkan. “Kami melihat awal pembentukan polisi, tapi kita tidak lagi tahu siapa kawan atau lawan," ujarnya.
Orabi, yang putranya telah dipenjarakan di penjara Israel, mengatakan bahwa orang-orang Palestina berjuang dalam dua pertempuran untuk kebebasan sederhana yang dinikmati di tempat lain di dunia.
“Saya ingin mengatakan dengan jelas bahwa kami berhak mendapatkan kebebasan dan kami membutuhkan supremasi hukum untuk diterapkan pada semua orang, terutama pada kepemimpinan kami sendiri, sehingga kami dapat menjalankan pekerjaan kami sebagai jurnalis," katanya.