IHRAM.CO.ID, TUNIS – Atlet Tenis Tunisia Ons Jabeur (26 tahun) menjadi wanita Arab pertama yang berkompetisi di perempat final Kejuaraan Wimbledon. Jabeur sering digambarkan sebagai pelopor, terobosan baru bagi orang Tunisia, Arab, dan Afrika dengan setiap pencapaian baru dalam karirnya.
“Saya selalu berusaha memberikan pesan kepada generasi muda yang datang dari Tunisia dan dunia Arab untuk percaya pada diri mereka sendiri dan percaya mereka bisa berada di posisi saya suatu saat nanti,” kata Jabeur pekan lalu.
Dia akhirnya kalah dari Pemain Belarusia Unggulan Aryana Sabalenka. Sepanjang kompetisi, penampilan Jabeur memukau para penonton. Sekarang kisahnya diikuti oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Jabeur lahir di Ksar Hellal, kota kecil di timur laut Tunisia dan dibesarkan di kota pesisir Sousse. Pada usia tiga tahun, dia diperkenalkan tenis oleh ibunya saat rekreasi. Sejak itu, Jabeur sering berlatih tenis di hotel dan resor wisata karena kurangnya lapangan klub tenis lokal.
Jabeur mulai berkompetisi di turnamen nasional pada usia enam tahun dan internasional empat tahun kemudian. Saat usianya 12 tahun, ia pindah ke kota Tunis dan berlatih di Lycée Sportif El Menzah, akademi nasional multi-olahraga untuk talenta Tunisia yang baru muncul.
Jabeur mengaku, pencapaiannya saat ini didorong oleh ibunya. Ibunya sering mengantar Jabeur untuk bermain turnamen dan pergi ke sekolah khusus. “Itu adalah pengorbanan besar untuk melihat gadis kecilnya mengejar mimpi. Dia percaya memberi saya kepercayaan diri,” ujar dia.
Dia memulai debutnya di turnamen Grand Slam junior di Amerika Serikat pada 2009 dan tahun berikutnya mencapai final Prancis junior. Tahun 2011 adalah tahun ketika ia mendapat sorotan internasional karena berhasil menang dalam Kejuaraan Putri Prancis, menjadi wanita Arab pertama yang memenangkan gelar Grand Slam Junior.
Sejak itu, Jabeur terus membuat rekor. Pada tahun 2017, ia menjadi wanita Arab kedua yang masuk dalam 100 besar dunia dan sekarang menjadi wanita dengan peringkat tertinggi dari wilayah tersebut dalam sejarah. Tahun lalu, perjalanannya ke perempat final Australia Terbuka adalah yang terjauh yang pernah dicapai.
Dilansir Middle East Eye, Kamis (8/7), pada bulan Juni, ia memenangkan gelar Asosiasi Tenis Wanita (WTA) pertama dalam karirnya, mengalahkan pemain Rusia Daria Kasatkina untuk memenangkan Birmingham Classic 2021.
Saat ini, ia dilatih oleh mantan pemain Piala Davis Tunisia Issam Jellali dan suaminya keturunan Tunisia-Rusia Karim Kamoun yang merupakan mantan pemain anggar sejak 2017. Pencapaian Jabeur dalam Kejuaraan Wimbledon dipuji oleh banyak orang, termasuk dari Ketua Parlemen Tunisa, Rached Ghannouchi.
“Selamat untuk sang juara Ons Jabeur setelah lolos perempat final Wimbledon,” kata Ghannouchi.
Sekarang Tunisia sedang mengalami gelombang ketiga pandemi virus korona dan banyak orang di media sosial memuji Jabeur karena membantu mengangkat semangat. Tagar #Ons_Jabeur trending di Twitter karena membuat warga Tunisia bangga.
Sebagai atlet Muslim, Jabeur mengaku ada beberapa hal yang menghambatnya. Misal, pihak yang mengomentari pakaiannya. “Saya tidak punya masalah. Ya, beberapa orang mungkin akan mengomentari pakaian saya tapi saya mengabaikannya. Saya mencoba untuk tidak melihat sisi negatifnya,” ucap dia.
Selain latar belakang Arabnya, Jabeur menyadari dia juga menjadi pelopor dan penyemangat atlet Afrika. “Terkadang ketika kami bermain di Piala Fed, beberapa tim Afrika datang dan mereka ingin berfoto. Mereka bertanya kepada saya tentang bagaimana saya bermain. Ini sangat menginspirasi saya,\" tuturnya.