IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan Khusus Dewan Eropa untuk Kebencian Antisemit dan Anti-Muslim, Daniel Holtgen menilai laporan asosiasi Muslim di delapan negara Eropa terkait Islamofobia tidaklah komprehensif. Namun, kasus ini bisa menjadi dasar penelitian untuk ditindaklanjuti otoritas di negara masing-masing.
Menurut Holtgen, para korban serangan Islamofobia lebih banyak terjadi di dunia maya. Situasinya serupa dengan serangan verbal yang terjadi di jalanan. Bahasa yang digunakan semakin kasar dengan lebih banyak mengekspresikan kebencian pada deskripsi fisik.
"Ini jelas kriminal tak ada hubungannya dengan kebebasan berpendapat,"kata dia seperti dilansir dw.com, Kamis (8/7).
Höltgen paham mengapa korban serangan kebencian tidak pernah melapor. Pilihan mereka terlalu sulit, karena tidak tahu kemana mereka harus melapor dan tidak ada gunanya untuk melapor.
"Jadi, tidak ada perbedaan,"kata dia.