IHRAM.CO.ID, BERLIN -- Muslim di Eropa seolah tak pernah absen dari serangan demi serangan yang terus menimpa mereka, baik berupa ancaman maupun serangan secara fisik dan daring. Majelis Eropa, sebagai sebuah organisasi hak asasi manusia terkemuka di benua itu akan memeriksa masalah tersebut dan membuat rekomendasi kepada pembuat kebijakan tentang bagaimana mereka dapat mengatasi islamofobia dengan lebih baik.
Imam A mengingat bagaimana serangan cat menimpa dinding masjidnya di sebuah kota kecil di barat Jerman. "Suatu kali, beberapa tahun yang lalu seseorang mengecat swastika besar tepat di dinding dan jendela kami," ujarnya.
Itu hanya salah satu dari sekian banyak serangan. Apakah akan lebih banyak dalam beberapa tahun terakhir? "Saya bisa menjawabnya dengan jelas," kata imam itu.
Dalam skala satu sampai 10, ia biasa memperkirakan tingkat serangan dan kebencian berada ditingkat enam atau tujuh. Islamofobia dan antisemitisme telah menjadi kejadian sehari-hari di Jerman. Kementerian Dalam Negeri Jerman mencatat 1.026 serangan anti-Muslim pada 2020. Statistik ini adalah kasus resmi.
Namun serangan kebencian yang menimpa muslim bukan hanya di Jerman. Ujaran kebencian online juga semakin meningkat.
Dewan Eropa Perwakilan Khusus Antisemitik dan Kebencian Anti-Muslim Daniel Holtgen menindaklanjuti laporan dari asosiasi Muslim di delapan negara Eropa. Hasilnya tidak komprehensif, dia mengingatkan, tetapi menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dan perlu ditindaklanjuti oleh pihak berwenang di negara yang bersangkutan.
"Para korban menggambarkan kebencian dan ancaman online sama nyatanya dengan diskriminasi sehari-hari dan serangan verbal di jalanan," kata Holtgen dilansir dari Qanara, Kamis (15/7).
Bahasa yang semakin kasar dan brutal, ancaman terhadap kehidupan dan anggota tubuh, seruan untuk kekerasan rasialiss semuanya menjadi fakta kehidupan sehari-hari bagi umat Islam. "Ini adalah tindakan kriminal. Ini tidak ada hubungannya dengan hak kebebasan berbicara," tambahnya.