Ahad 18 Jul 2021 14:20 WIB

Puasa Arafah, Niat dan Keistimewaannya

Puasa Arafah juga termasuk dalam amalan yang dicintai Allah Swt

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Puasa
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Puasa

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keistimewaan. Salah satu ibadah yang dianjurkan di bulan ini adalah puasa arafah yakni puasa sunnah yang dilaksanakan sehari sebelum hari Raya Idul Adha, tepatnya tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa arafah dapat menjadi penebus dosa tahun sebelumnya dan satu tahun yang akan datang.

Keistimewaan puasa ini dijelaskan Rasulullah Saw dalam sebuah riwayat dari Abu Qatadah yang artinya:

“Puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya,"(HR. Muslim).

Puasa Arafah juga termasuk dalam amalan yang dicintai Allah Swt karena tergolong dalam 10 hari pertama amalan di bulan Dzulhijjah. Hal ini dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya:

"Tidak ada hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini. Rasulullah menghendaki 10 hari (awal Dzulhijjah). Lantas para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?’ Rasulullah SAW menjawab: "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun (mati syahid)." (HR. Al-Bukhari).

Puasa arafah dikerjakan sama seperti ibadah puasa sunah lainnya. Hanya ada perbedaan niat dan waktu pelaksanaannya saja.  Adapun lafaz niat yang bisa dibaca adalah sebagai berikut :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Latin: "Nawaitu shauma ghadin an ada'i sunnati Arafah lillahi ta‘ala."

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement