IHRAM.CO.ID, MOSKOW -- Laporan kantor berita Interfax yang mengutip Kepala Perusahaan Negara Rusia untuk Produk Persenjataan Rosoboronexport Alexander Mikheev, Rabu (21/7), mengatakan Rusia bekerja sama erat dengan Myanmar dalam perlengkapan militer, termasuk pesawat.
Kalangan pembela hak asasi manusia menuding pemerintah Rusia mengakui keabsahan junta militer Myanmar. Junta melancarkan kudeta pada 1 Februari lalu.
Rusia terus melakukan kunjungan bilateral dan kesepakatan perdagangan senjata dengan negara itu. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah menyatakan kepada Jenderal Senior Min Aung Hlaing bahwa pemerintah Rusia bertekad memperkuat hubungan militer.
Pernyataan itu disampaikan Shoigu ketika sang pemimpin junta Myanmar berkunjung ke Moskow pada Juni. Ketika berbicara di sela-sela pameran tahunan dirgantara Rusia MAKS yang juga dihadiri Presiden Vladimir Putin pada Selasa (20/7), Mikheev mengatakan Myanmar adalah salah satu pelanggan utama Rosoboronexport di Asia Tenggara.
Myanmar juga pelanggan kunci bagi Rostec, perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan negara Rusia. Hubungan pertahanan antara Rusia dan Myanmar dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan. Rusia memberikan pelatihan militer dan beasiswa tingkat universitas bagi ribuan tentara negara itu serta menjual persenjataan kepada Myanmar, yang oleh beberapa negara Barat dimasukkan ke dalam daftar hitam.