Rabu 21 Jul 2021 21:36 WIB

KH Arief Hasan Peduli dengan Nasib Petani (II-Habis)

KH Arief Hasan memelopori berdirinya Persatuan Petani NU (Pertanu).

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.
Foto:

Ketika meletus G-30-S/PKI pada 1965, Kiai Arief juga selalu terdepan dalam menumpas partai yang kini organisasi terlarang itu. Rapat-rapat penting penumpasan paham komunisme diadakan di rumahnya. Dan, setiap hendak melakukan aksi, para laskar kerap meminta pertimbangan dari tokoh ulama itu.

Suatu hari, seorang anggota Ansor menangkap pengikut PKI di Desa Kembangan. Kiai Arief kemudian dimintai fatwa tentang apa yang akan dilakukan terhadap orang itu. Dengan tegas, ia melarang membunuh yang ditangkap selama anggota PKI itu masih bersyahadat.

Setelah negeri ini mulai aman dan terkendali, Kiai Arief fokus kembali mengembangkan pesantrennya dan mendidik santri-santrinya. Di hadapan santri, ia tak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Secara langsung, dirinya pun menunjukkan keteladanan yang memberi contoh akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam berdakwah, ia tergolong bijaksana dalam menyikapi perkembangan. Kiai Arief tak menolak model dakwah yang kreatif sesuai zaman. Sebagai contoh, dirinya pernah menugasi putranya untuk membuat stasiun radio sehingga kegiatan mengaji bisa disiarkan ke berbagai daerah. Sebelum listrik masuk desa, Kiai Arief juga mengupayakan aliran listrik dari genset.

Adanya energi listrik membawa banyak manfaat bagi warga setempat, termasuk para santri yang mengaji pada malam hari. Apalagi, pada perkembangannya, genset ini juga mampu menerangi rumah-rumah penduduk sekitar pesantren. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement