IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Pusat Litbang Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama, Prof Dr Muhammad Adlin Sila menyampaikan penjelasan soal survei yang bertajuk 'Urgensi Layanan Agama di Masa Pandemi Covid-19'. Dari survei itu, diketahui mayoritas responden yakni 81 persen merasa semakin religius atau taat beragama selama pandemi.
Adlin menjelaskan, survei daring itu menggunakan perspektif psikometrik yang mengukur kondisi psikologis. Dia mengatakan, masyarakat mengalami kondisi psikologis yang labil di tengah pandemi Covid-19. Dalam kondisi tersebut, tindakan sosial yang dilakukan bersumber dari nilai-nilai dasar yang ada di tengah masyarakat.
Masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat, misalnya terbiasa berdoa, berdzikir, beribadah baik yang wajib maupun sunnah, akan tersadar untuk meningkatkan ibadah saat menghadapi pandemi.
"Meningkatnya kasus Covid-19, dan banyaknya berita korban jiwa yang berjatuhan, itu mempengaruhi alam sadar mereka terutama yang sedang terpapar Covid dalam menghadapi wabah seperti ini, yang tidak pasti kapan berakhirnya," ucapnya kepada Republika.co.id, Kamis (22/7).
Adlin juga menambahkan, para responden adalah penyintas atau yang sudah pernah terpapar Covid-19. Pandemi telah membuat mereka semakin rajin beribadah saat terpapar Covid. Hanya saja, dia mengakui, riset ini tidak menggunakan skala pengukuran dengan studi longitudinal, yang meneliti keadaan sebelum dan setelah terkena Covid-19.
"Jadi tidak ada data yang mengonfirmasi bahwa dulu seseorang malas beribadah, lalu ketika terpapar, tiba-tiba berubah menjadi lebih religius. Ini agak sulit mengonfirmasi, karena tidak longitudinal study," jelasnya.
Meski begitu, Adlin menyampaikan, penelitian tersebut menyimpulkan pentingnya kehadiran konselor agama bagi pasien Covid-19. Sebab, hal itulah yang tidak bisa didapatkan, sehingga pasien Covid-19 menggunakan gawai untuk membaca Alquran dan mendengarkan ayat suci Alquran melalui media sosial seperti youtube.
"Mereka menginginkan adanya layanan keagamaan khusus untuk pasien Covid-19, misalnya ceramah yang khusus untuk pasien Covid-19. Karena yang mereka temukan di youtube itu ceramah biasa yang bukan dalam konteks untuk pasien Covid," ungkapnya.
Karena itu, survei tersebut menyarankan Ditjen Bimas-bimas Agama, baik Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan agama lainnya, untuk memerintahkan kepada penyuluh-penyuluh agama di seluruh wilayah Indonesia agar mengintensifikan kegiatan penyuluhan agama terutama pesan menjaga keimanan dalam menghadapi wabah. "Misalnya dengan layanan keagamaan melalui media sosial, seperti youtube yang isinya untuk menenangkan mereka yang terpapar Covid," imbuhnya.
Survei daring yang dilakukan berhasil mengumpulkan 1.550 respon para penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi. Seluruh responden berasal dari agama yang beragam dan sebagian besar adalah pemeluk agama Islam. Dari total responden, 89 persen beragama Islam, 5,3 persen beragama Kristen, 2,3 persen beragama Katolik, 2,0 persen beragama Hindu, 0,8 persen beragama Buddha, 0,4 persen beragama Khonghucu, dan lainnya 0,2 persen.