Jumat 23 Jul 2021 09:05 WIB

Menelusuri Perjuangan KH Abbas Buntet (I)

KH Abbas Buntet merupakan generasi keempat yang mengasuh Pondok Pesantren Buntet.

Bahtsul Masail di Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (13/4) malam.
Foto:

Dia termasuk pembelajar yang cemerlang. Hal itu ditunjang pula dengan fakta, ketika masih di Tanah Air, dia telah menjadi santri senior. Di Makkah, kala waktu senggang, dia membimbing beberapa kawan sesama pelajar Jawi. Di antara mereka yang pernah dibimbing KH Abbas adalah KH Kholil (Balerante) dan KH Sulaeman Babakan (Ciwaringin).

Pulang dari Tanah Suci, KH Abbas semakin dihormati masyarakat. Dia pun tidak putus melanjutkan menuntut ilmu, seperti di Pesantren Tebuireng yang diasuh KH Hasyim Asyari. Pada saat itu, dia ikut mendirikan Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri bersama dengan KH Wahab Hasbullah dan KH Manaf.

Selanjutnya, KH Abbas mulai memegang tampuk pimpinan Pondok Pesantren Buntet di kampung halamannya. Dia mengajak seluruh anggota keluarga besarnya untuk ikut membangun lembaga ini, terutama sebagai pengajar. Santri-santrinya berasal dari berbagai penjuru daerah. Ciri khas Pesantren Buntet adalah menjadi acuan bagi pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, khususnya tasawuf.

Di sini, demikian menurut Saifullah (2008), ada dua tarekat yang berkembang, yakni Tijaniyah yang disebarkan KH Anas Buntet dan Syatariyah yang diajarkan KH Abbas. Sosok yang pertama itu merupakan adik kandung KH Abbas.

 

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement