Senin 26 Jul 2021 12:12 WIB

KH Abdul Manam, Ulama Besar dari Banyuwangi (I)

KH Abdul Manam mendirikan Pondok Pesantren Minhajut Thullab.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
(Ilustrasi)KH Abdul Manan pendiri  Pondok Pesantren Minhajut Thullab.
Foto: pxhere
(Ilustrasi)KH Abdul Manan pendiri Pondok Pesantren Minhajut Thullab.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Indonesia, ada begitu banyak ulama yang menjadi panutan umat. Mereka tidak hanya berfokus pada transmisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga turut berjuang bersama masyarakat dalam melawan kebodohan, keterbelakangan, dan penjajahan. Pada era kolonialisme, kaum mubaligh termasuk yang paling depan dalam memimpin perjuangan.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, salah satu ulama legendaris setempat ialah KH Abdul Manan. Mbah Manan, demikian dirinya akrab disapa, aktif membimbing dan memandu kaum Muslimin hingga akhir hayatnya. Pada masa mudanya, dai yang lahir dari lingkungan pesantren ini dijuluki sebagai jago silat.

Baca Juga

Kemampuannya dalam membela diri membuat kocar-kacir para berandalan dan perampok yang kerap meresahkan masyarakat. Berlanjut pada masa tuanya, karisma sang alim cenderung menonjol dari keahliannya dalam beragam disiplin ilmu agama.

Baik pada masa muda maupun tuanya, Mbah Manan selalu menjaga riadat (riyadhah). Kebiasaannya dalam melakukan amalan tersebut tidak lain karena dirinya ingin terus mendekatkan hati dan pikiran kepada Allah SWT.

Bagi para santri dan pengikutnya, sang kiai dikenal sebagai seorang yang makbul doa-doanya. Karena itu, tidak sedikit warga yang meminta didoakan kebaikan olehnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement