IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Indonesia, ada begitu banyak ulama yang menjadi panutan umat. Mereka tidak hanya berfokus pada transmisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga turut berjuang bersama masyarakat dalam melawan kebodohan, keterbelakangan, dan penjajahan. Pada era kolonialisme, kaum mubaligh termasuk yang paling depan dalam memimpin perjuangan.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, salah satu ulama legendaris setempat ialah KH Abdul Manan. Mbah Manan, demikian dirinya akrab disapa, aktif membimbing dan memandu kaum Muslimin hingga akhir hayatnya. Pada masa mudanya, dai yang lahir dari lingkungan pesantren ini dijuluki sebagai jago silat.
Kemampuannya dalam membela diri membuat kocar-kacir para berandalan dan perampok yang kerap meresahkan masyarakat. Berlanjut pada masa tuanya, karisma sang alim cenderung menonjol dari keahliannya dalam beragam disiplin ilmu agama.
Baik pada masa muda maupun tuanya, Mbah Manan selalu menjaga riadat (riyadhah). Kebiasaannya dalam melakukan amalan tersebut tidak lain karena dirinya ingin terus mendekatkan hati dan pikiran kepada Allah SWT.
Bagi para santri dan pengikutnya, sang kiai dikenal sebagai seorang yang makbul doa-doanya. Karena itu, tidak sedikit warga yang meminta didoakan kebaikan olehnya.