IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Jamaah haji kebutuhan khusus turut serta dalam pelaksanaan haji di masa pandemi ini. Mereka mengaku puas dengan fasilitas yang diberikan kerajaan untuk membantu mereka dalam melaksanakan ritual haji.
Kementerian Haji dan Umrah bekerjasama dengan Harakiya Adults Motor Disability Association, mengatakan ada 17 orang penyandang disabilitas yang menunaikan ibadah haji selama musim ini. Jamaah tersebut terpilih dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka, untuk memastikan pengalaman yang mudah dan nyaman. Kementerian Haji dan Umrah ingin agar para penyandang cacat dapat menunaikan ibadah haji untuk memenuhi rukun Islam kelima.
Wakil Menteri Haji dan Umrah Abdulfattah Mashat secara pribadi telah memberikan perhatian khusus, dengan melakukan kunjungan inspeksi ke kamp haji khusus penyandang disabilitas di Muzdalifah serta untuk memberikan nasihat dan meyakinkan mereka mendengarkan saran yang ada.
Dari 17 orang jamaah penyandang disabilitas ini di antaranya mengidap paraplegia hingga penderita polio, yang berasal dari berbagai daerah termasuk Riyadh, Jouf, Dammam, Dawadmi, Madinah, Asir, Qassim, Provinsi Timur, Hail, dan Taif.
Menurut Majed Al-Soraya, Direktur Departemen Layanan Penerima Kampanye, yang menderita cacat motorik, mengatakan, pemilihan jamaah ini didasarkan pada banyak kondisi, termasuk bahwa mereka belum pernah melakukan haji sebelumnya.
"Partisipasi terbatas pada penyandang disabilitas motorik yang bisa mengandalkan diri sendiri, dan telah vaksinasi dosis kedua,” tambahnya.
Al-Soraya juga menyebutkan kesiapan kementerian untuk menawarkan jamaah dengan disabilitas motorik tempat tinggal yang nyaman dan transpirasi yang lengkap.
“Prosedur pemeriksaan teknis dan pemeliharaan dilakukan sebagai tahap persiapan. Kami memastikan untuk mempersiapkan perbekalan kesehatan perjalanan, P3K, Ihram, dan kebutuhan jemaah haji. Kami juga membuat persiapan untuk memastikan tempat tinggal yang aman dan lengkap di Mina," terangnya.
Salah satu jamaah, Abdullah Alraishan, menderita lumpuh akibat kecelakaan mobil pada 2011. Ia mengaku sangat bersyukur betlesempatan melakukan haji tahun ini.
“Sejujurnya, saya tidak berharap banyak memiliki kesempatan untuk menunaikan haji tahun ini. Ini benar-benar hal yang tidak terduga. Saya benar-benar tidak bisa berkata-kata, semuanya terorganisir dengan baik, semua sektor telah melakukan upaya luar biasa," ungkapnya.
Sebagai penyandang disabilitas, menurutnya, ia menemukan akses, perawatan, dan perhatian yang sangat komprehensif melalui kampanye itu. "Proses transportasi antara tempat-tempat suci itu sempurna. Terima kasih kepada pemerintah kami, sektor keamanan, dan kepada semua orang yang bekerja pada inisiatif seperti itu untuk para penyandang disabilitas," ujar Alraishan.
Khalid Al-Hajjri (38) yang memiliki cacat gerak sejak lahir mengatakan kepada Arab News, bahwa dia memutuskan untuk berpartisipasi dalam haji tahun ini karena itu adalah kesempatan yang tak tergantikan, mengingat jumlah jamaah yang tidak banyak dan juga tindakan pencegahan yang ada.
“Pengalaman haji tahun ini luar biasa, penuh spiritualitas dan perasaan yang tak terlukiskan,” katanya. “Pergerakan antar tempat suci dilakukan dengan mudah (dengan) mobil yang lengkap, jumlah penyelenggara yang cukup dan koordinasi yang terintegrasi dengan semua sektor," ucapnya.
Naji Al-Fahiqi (43), yang juga menderita cacat gerak akibat penyakit poliomielitis, mengaku tidak menyangka akan mendapat kesempatan mengikuti ibadah haji tahun ini.
“Saya cukup beruntung dan diberkati berada di antara (para) peziarah tahun ini,” katanya.
“Pengalamannya lebih dari yang diharapkan, meskipun saya telah melakukan haji sejak lama dengan kampanye haji bintang lima, Asosiasi Harakiya telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam melayani kami," tambahnya.
Asosiasi Harakiya didirikan sejak 2006, dan sejauh ini telah membantu memfasilitasi ziarah bagi 1.480 penerima manfaat. Harakiya bertujuan untuk memfasilitasi haji bagi 200 orang cacat setiap tahunnya.