Rabu 28 Jul 2021 19:36 WIB

Maroko Tangkap Warga Uighur Atas Permintaan China

Maroko menangkap seorang aktivis Uighur yang sedang dalam pelarian

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Ratusan orang unjuk rasa di luar kantor kedutaan China, Kamis (1/7). Mereka memprotes perlakuan pemerintah China terhadap kaum minoritas Muslim Uighur ketika China memperingati peringatan 100 tahun Partai Komunis China.
Foto: MEE/Abdenour Berrah
Ratusan orang unjuk rasa di luar kantor kedutaan China, Kamis (1/7). Mereka memprotes perlakuan pemerintah China terhadap kaum minoritas Muslim Uighur ketika China memperingati peringatan 100 tahun Partai Komunis China.

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Pihak berwenang Maroko menangkap seorang aktivis Uighur yang sedang dalam pelarian. Kepolisian Maroko mengatakan pria itu ditangkap berdasarkan surat perintah penangkapan China yang dibagikan melalui Interpol.

Aktivis khawatir Yidiresi Aishan diekstradisi ke China. Mereka mengatakan penangkapannya didorong dan bagian dari upaya China memburu para pembangkang di luar negeri.

Baca Juga

Pada Selasa (27/7) Direktorat Jenderal Keamanan Nasional Maroko mengatakan warga negara China itu ditangkap setelah mendarat di Bandara Internasional Mohammed V di Casablanca pada 20 Juli lalu. Pria itu datang dari Istanbul, Turki.

"(Ia) subjek dari red notice yang dikeluarkan Interpol karena ia dicurigai bagian dari organisasi yang masuk daftar organisasi teroris," kata direktorat tersebut.

 

Red notice adalah daftar buronan yang diinginkan Interpol. Direktorat mengatakan surat penangkapannya dikeluarkan China yang ingin mengekstradiksinya.

Maroko sudah memberitahu Interpol dan pihak berwenang China mengenai penangkapannya. Warga negara China itu diserahkan ke jaksaan sambil menunggu prosedur ekstradiksinya.  

Polisi Maroko tidak mempublikasikan nama pria yang mereka tahan. Akan tetapi organisasi non-pemerintah Safeguard Defenders mengidentifikasinya sebagai Yidiresi Aishan. Safeguard Defenders merupakan kelompok yang khusus menangani orang-orang yang ditahan China.

Aishan yang seorang teknisi komputer berusia 33 tahun itu tinggal di Turki sejak 2021. Ayah tiga orang anak tersebut bekerja sebagai web designer dan aktivis. Salah satu rekan dan temannya, Abduweli Ayup, mengatakan Aishan tinggal dengan surat residensi.

Aishan bekerja di surat kabar diaspora Uighur dan membantu para aktivis untuk menghubungkan mereka dengan media. Ia juga mengumpulkan kesaksian tentang pelanggaran hak asasi di Provinsi Xinjiang, China.

Ayub mengatakan setelah berulang kali ditahan di Turki, pada 19 Juli lalu Aishan meninggalkan Istanbul untuk datang ke Casablanca. Ayub menambahkan pada Sabtu sore Aishan menelepon istrinya dan mengatakan ia dideportasi.

Maroko meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan China pada 2007, salah satu perjanjian yang ditandatangani dengan China dalam beberapa tahun terakhir.

China menggambarkan menahan satu juta lebih warga Uighur dan minoritas muslim lainnya sebagai 'perang terhadap teror' setelah serangkaian penusukan dan pengeboman skala kecil yang dilakukan ekstremis Uighur di Xinjiang. Peneliti mengatakan banyak orang yang tak bersalah yang juga ditahan karena pergi ke luar negeri atau menghadiri pertemuan keagamaan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement