Kamis 29 Jul 2021 03:10 WIB

Muslimah Prancis Ungkap Diskriminasi yang Dialami di Masa Ke

Seorang wanita Muslim Prancis mengungkapkan pengalamannya terkait Islamofobia.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslim Prancis

Aisyah merasa sangat terisolasi. Orang tuanya juga tidak dapat membantu dan hampir tidak memenuhi kebutuhan. Dia tidak mendapat dukungan dan akhirnya jatuh dengan orang-orang jahat yang meyakinkan saya bahwa tidak ada gunanya belajar lagi karena tidak akan pernah bisa mendapatkan pekerjaan dengan jilbab saya.

"Saya putus asa dan berada di bawah belas kasihan orang-orang tidak berpendidikan yang mengatakan kepada saya bahwa pernikahan adalah satu-satunya jalan yang layak untuk ditempuh. Pemerintah berbicara tentang bahaya identitas terpisah, tetapi mereka memaksakan itu pada saya," tuturnya.

Aisyah saat itu merasa hancur, termasuk pendidikan yang telah ditempuhnya. Kepercayaan dirinya pun hilang. Ia pun memutuskan untuk menikah di usia yang sangat muda. Sebab, pernikahan dan anak-anak sepertinya satu-satunya kesuksesan yang bisa ia cita-citakan.

"Suami saya bersikeras saya memakai cadar, tapi saya menolak. Kami bercerai ketika saya berusia 20 tahun," kata dia. 

Menurut Aisyah, RUU separatisme yang baru ingin menghentikan gadis di bawah 18 tahun mengenakan hijab. Dia mengatakan, undang-undang ini untuk melindungi sekularisme dan merupakan pelanggaran yang mendalam.

"Saya percaya hal yang terburuk akan datang. Apa yang terjadi pada saya telah terjadi bahkan sebelum ada undang-undang yang mendukungnya. Undang-undang ini melegitimasi perilaku yang bahkan lebih buruk karena membenarkan narasi yang mendasari bahwa kita adalah masalah," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement