Jumat 30 Jul 2021 13:13 WIB

KH Raden Hadjid Wariskan Banyak Karya (I)

Kiai Hadjid merupakan murid langsung dari KH Ahmad Dahlan.

KH Raden Hadjid
Foto:

Seperti halnya Hadjid, Siti Wasilah juga gemar mengumpulkan catatan tentang berbagai ajaran Kiai Ahmad Dahlan. Oleh karena itu, perempuan tersebut ditunjuk menjadi ketua pertama Siswo Proyo, yang akhirnya menjadi Nasyiatul `Aisyiyah.

Setelah lulus dari Madrasah Tinggi al-Attas Jakarta, Hadjid mulai mempelajari keorganisasian. KH Ahmad Dahlan menjadi rujukannya. Saat itu, Hadjid sudah diangkat menjadi guru di Standaard School Muham madiyah dan HIS Muhammadiyah. Antara tahun 1921 dan 1924, Hadjid bertugas sebagai guru agama pada Kweekschool Muhammadiyah.

Kariernya sebagai pendidik terus meningkat. Sepanjang tahun 1924-1941, Hadjid di amanati sebagai kepala Madra sah Muallimin Muhammadiyah. Memasuki masa pendudukan Jepang, dia mendapatkan tugas sebagai Fuku Sumuka Tjo Koti Zimokyoku alias Kantor Lembaga Agama di Kotabaru, Yogya karta.

Pada masa itu, banyak ulama yang ditangkap Jepang dan disiksa secara kejam. Ketika menjabat sebagai Fuku Sumuka, Kiai Hadjid berkesempatan untuk membebaskan para kiai dan ulama melalui jalur advokasi dan mediasi. Dengan cara ini, dia terlibat dalam resistansi melawan kesewenangwenangan Dai Nippon.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, berbagai organisasi di Tanah Air mulai konsolidasi. Kiai Hadjid dipercaya menduduki jabatan sebagai Wakil Kepala Jawatan Agama di Yogyakarta. Sekolah Tinggi Islam (STI, kini menjadi Universitas Islam Indone sia/UII) berdiri pada 1945.

Setahun kemudian, Kiai Hadjid masuk sebagai dosen kampus tersebut hingga 1947. Sebelumnya, dia sempat memberikan kuliah umum tentang ilmu tauhid dalam acara di STI yang dihadiri antara lain Presiden Ir Sukarno. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement