Tak lama kemudian, posisinya diangkat menjadi profesor ilmu tafsir Alquran pada Fakultas Teologi Universitas Istanbul. Gelar itu bukan yang terakhir lantaran pada Desember 1918 dia juga dianugerahi sebagai profesor ilmu hadis dari Suleymaniye Darulhadis College.
Selanjutnya, dia bergabung dalam Asosiasi Guru Besar, yang di dalamnya terdapat sejumlah nama penting, seperti Said Nursi dan Mehmet Atif Efendi.
Sementara itu, situasi politik Kesultanan Usmaniyah kian tak menentu. Negeri ini diguncang prahara politik, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kaum sekuler semakin menggerogoti kewenangan sultan selaku pemimpin tertinggi. Dalam konteks ini, Mustafa Sabri Effendi termasuk kalangan yang hendak disingkirkan rezim sekuler Turki.