IHRAM.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied berjanji tidak akan berubah menjadi diktator dan menolak tuduhan bahwa dia telah melakukan kudeta, Jumat (30/7). Sebanyak dua anggota parlemen ditangkap menyusul keputusannya untuk mencabut kekebalan mereka ketika mengambil alih pemerintahan pekan ini.
"Saya tahu teks konstitusi dengan sangat baik, menghormatinya dan mengajarinya dan setelah sekian lama saya tidak akan berubah menjadi diktator seperti yang dikatakan beberapa orang," kata mantan profesor hukum itu.
Tunisia telah didorong ke dalam krisis politik oleh langkah Saied pada pekan lalu untuk memberhentikan perdana menteri dan membekukan parlemen selama 30 hari. Langkah ini menyebabkan partai-partai besar menuduhnya melakukan kudeta.
Saied belum melakukan langkah-langkah yang menurut para kritikus diperlukan untuk meyakinkan rakyat Tunisia. Dia masih belum melakukan penunjukan perdana menteri sementara dan peta jalan untuk mengakhiri tindakan darurat.
Kekhawatiran atas hak dan kebebasan di negara demokrasi sejak revolusi 2011, meningkat sejak Jumat. Kondisi ini setelah penangkapan anggota parlemen dan blogger berpengaruh Yassin Ayari dan pengumuman penyelidikan terhadap dugaan kekerasan oleh orang-orang yang memprotes tindakan Saied selama demonstrasi pada awal pekan.
Pengadilan militer mengatakan Ayari telah dipenjara oleh keputusan pengadilan yang dikeluarkan tiga tahun lalu karena mencemarkan nama baik tentara. Saied sejak 25 Juli telah mencabut kekebalan anggota parlemen, membuat kasus-kasus terhadap mereka rentan untuk naik ke permukaan dan dilakukan penangkapan.
Anggota parlemen lainnya, Maher Zid dari partai Muslim Karama ditahan pada Jumat malam. Menurut pengacaranya, penangkapan ini setelah dijatuhi hukuman dua tahun penjara pada 2018 karena menyinggung orang-orang di media sosial dan menghina presiden saat itu.
Langkah Saied untuk merebut kendali eksekutif tampaknya mendapat dukungan rakyat yang luas di Tunisia. Bertahun-tahun negara ini dinilai misgovernance, korupsi, kelumpuhan politik, dan stagnasi ekonomi telah diperparah tahun ini oleh lonjakan mematikan dalam kasus Covid-19.