The New York Times mengutip Saif Al-Islam melaporkan bahwa, para militan yang menangkapnya sepuluh tahun lalu telah kecewa dengan revolusi. Hal ini membuat Saif Al-Islam akhirnya menyadari bahwa dia bisa menjadi sekutu yang kuat bagi mereka.
Pendukung mantan rezim Libya bercita-cita untuk kembali berkuasa melalui rekonsiliasi nasional, serta pemilihan presiden dan parlemen yang dijadwalkan pada akhir tahun 202.
Meskipun skenario ini tidak mungkin, loyalis Gaddafi tidak menyembunyikan keinginan mereka untuk mencalonkan Saif Al-Islam sebagai presiden berikutnya. Sepupu Saif Al-Islam, Ahmed Gaddaf Al-Dam telah mempertahankan kekayaannya.
Hal ini akan memungkinkan Ahmed Gaddaf untuk membiayai Saif Al-Islam agar kembali berkuasa. Orang-orang Libya yang berpartisipasi dalam revolusi pada 17 Februari 2011, dan menggulingkan rezim Gaddafi, khawatir bahwa putranya akan membalas dendam ketika kembali terjun ke politik.