IHRAM.CO.ID, WASHINGTON — Selama empat tahun terakhir, Farrah Batti telah berjuang melawan penyakit yang mengancam jiwa dengan kemoterapi dan operasi. Pengalaman itu sangat melelahkan, tetapi Batti menemukan kehangatan melalui hubungan dengan keimanannya. Batti juga menemukan hobi barunya di lapangan golf. Ia menemukan kegembiraan selama berada di lapangan golf.
“Saya sedang mencari sesuatu untuk dilakukan yang berbeda dari terapi fisik. Golf membuat saya keluar dari rumah dan membantu kesehatan fisik dan mental saya,” ujat Batti mengingat golf pertamanya. “Matahari bersinar cerah, cuacanya luar biasa dan rumputnya bersih," sambungnya dilansir dari Religion News Service, Kamis (5/8).
Pengalaman pertamanya dalam olahraga ini adalah di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Muslim Golf Association, yang didirikan di Inggris pada 2019. Asosiasi Golf Muslim ini didirikan oleh Amir Malik, yang memiliki mimpi besar untuk membawa olahraga golf kepada umat Islam di Inggris, Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Malik mulai bermain golf pada 2015 sebagai cara untuk terhubung dengan beberapa saudara kandungnya, beberapa di antaranya berjarak 15 tahun. Olahraga menawarkan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam permainan yang menarik untuk segala usia.
Tetapi budaya sosial di sekitar golf, seperti alkohol dan taruhan membuatnya merasa tidak nyaman. Selain itu, tidak selalu ada tempat di clubhouse untuk dia sholat lima waktu, ini membuat para pemain golf muslim canggung untuk melakukan kewajiban agama mereka.
Saat itulah Malik memimpikan mendirikan Asosiasi Golf Muslim (MGA) sebagai wadah bagi umat muslim untuk bisa bermain golf dengan nyaman. MGA membuka pendaftaran anggota pada Agustus 2020 dan mendapatkan respon luar biasa, semua tiket pendaftaran ludes terjual.
Sebanyak 72 Muslim di seluruh Inggris mendaftar untuk bermain. Sebanyak 80 hingga 90 pemain lainnya ada dalam daftar tunggu.
"Kami juga menyediakan makanan halal dan ruang sholat. Tidak ada perjudian, dan tidak ada alkohol yang disajikan. MGA terbuka untuk siapa saja tanpa memandang agama,” katanya. “Tentu saja ada juga beberapa Muslim yang minum, yang merupakan pilihan mereka, tapi itu bukan sesuatu yang tersedia di acara kami," ujarnya.
Sejak itu, MGA telah bermitra dengan jaringan Hotel Marriott untuk menyelenggarakan acara di seluruh Inggris. Malik mengatakan sekitar 60 persen pemain memiliki cacat golf resmi.
MGA telah menerima minat dari para pemain di Amerika Serikat dan di tempat lain, meskipun perjalanan tetap sulit karena pandemi Covid-19.
Menurut Malik, .empromosikan olahraga di kalangan wanita Muslim telah menjadi tujuan utama. MGA telah bermitra dengan Love Golf, sebuah situs web yang menyediakan pelatihan golf untuk wanita, untuk mengadakan sesi perkenalan.
Sesi yang diadakan di Birmingham pada musim panas 2021 terjual habis dalam hitungan jam dan segera masuk daftar tunggu.
“Golf adalah olahraga yang bahkan dapat dimainkan oleh wanita Muslim paling konservatif yang mengenakan niqab tanpa mengorbankan nilai-nilainya,” kata Malik. “Ini adalah platform yang aman," tambahnya.
Beberapa muslimah telah menjadi terkenal di dunia Golf dalam beberapa tahun terakhir. Maha Haddioui akan mewakili Maroko di Olimpiade Tokyo 2020 dan diyakini sebagai satu-satunya wanita Muslim dan satu dari hanya dua wanita dari Afrika yang berkompetisi di turnamen tahun ini.
Ada juga Sahra Hassan, pegolf Welsh yang ayahnya berasal dari Pakistan, dan pegolf Amerika Mesir Noor Ahmed, yang baru saja lulus dari University of Nebraska, Lincoln. Dia dilaporkan pegolf pertama yang bersaing di tingkat NCAA atau lebih tinggi saat mengenakan jilbab.