IHRAM.CO.ID, KABUL --- Milisi Taliban merebut ibu kota provinsi Afghanistan dan membunuh pejabat media senior pemerintah di Kabul pada Jumat (6/9). Keberhasilan ini di tengah situasi keamanan yang memburuk saat Amerika Serikat (AS) dan pasukan asing lainnya mundur dari wilayah itu.
Penyerang Taliban membunuh kepala Pusat Media dan Informasi Pemerintah,
Dawa Khan Menpal, dalam serangkaian pembunuhan terbaru. Serangan ini bertujuan untuk melemahkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang terpilih secara demokratis.
Seorang pejabat di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan teroris itilu membunuh Menpal selama salat Jumat.
"Dia (Menapal) adalah seorang pemuda yang berdiri seperti gunung di hadapan propaganda musuh, dan yang selalu menjadi pendukung utama rezim (Afghanistan)," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mirwais Stanikzai.
Kepala Diplomat AS Ross Wilson menyatakan kesedihan dan rasa muak dengan pembunuhan Menapal. Sosok itu, menurutnya, memberikan informasi yang benar kepada semua warga Afghanistan.
"Pembunuhan-pembunuhan ini merupakan penghinaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan berbicara warga Afghanistan," kata Wilso di Twitter.
Gedung Putih mengatakan tindakan Taliban tidak akan memenangkan legitimasi internasional kelompok itu. "Mereka tidak harus tetap berada di lintasan ini. Mereka dapat memilih untuk mencurahkan energi yang sama untuk proses perdamaian seperti yang mereka lakukan untuk kampanye militer mereka," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.
Puluhan aktivis sosial, jurnalis, birokrat, hakim dan tokoh masyarakat yang berjuang untuk mempertahankan pemerintahan Islam liberal telah dibunuh oleh Taliban. Cara ini dalam upaya untuk membungkam perbedaan pendapat.
Selain itu, seorang juru bicara polisi di provinsi Nimroz selatan mengatakan ibu kota Zaranj telah jatuh ke tangan kelompok Islam garis keras itu. Keberhasilan ini terjadi karena kurangnya bala bantuan dari pemerintah yang didukung Barat.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan di Twitter bahwa milisinya telah membebaskan sepenuhnya provinsi itu. Mereka telah menguasai rumah gubernur, markas polisi, dan gedung-gedung resmi lainnya.
Zaranj adalah ibu kota provinsi pertama yang jatuh ke tangan Taliban sejak AS mencapai kesepakatan dengannya pada Februari 2020 untuk penarikan pasukan AS.
Sebuah sumber lokal mengatakan Taliban telah merebut kantor gubernur, markas polis, dan sebuah perkemahan di dekat perbatasan Iran. Sumber-sumber Taliban mengatakan, kelompok itu merayakan dan jatuhnya Zaranj akan mengangkat moral para milis mereka.
Seorang komandan Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, Zaranj memiliki kepentingan strategis karena berada di perbatasan dengan Iran.
Taliban telah mengintensifkan kampanye mereka untuk mengalahkan pemerintah setelah berhasil digulingkan 20 tahun lalu. Milisi telah menguasai lusinan distrik dan penyeberangan perbatasan dalam beberapa bulan terakhir dan menekan beberapa ibu kota provinsi, termasuk Herat di barat dan Kandahar di selatan, saat pasukan asing ditarik.
Utusan khusus PBB untuk Afghanistan Deborah Lyons mempertanyakan komitmen Taliban untuk penyelesaian politik. Dia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa perang telah memasuki fase yang lebih mematikan dan lebih merusak.
"Mengingatkan Suriah, baru-baru ini, atau Sarajevo, dalam waktu yang tidak terlalu lama di masa lalu yang jauh," ujar Lyons.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan prospek Afghanistan tergelincir ke dalam perang saudara skala penuh dan berlarut-larut adalah kenyataan yang nyata. Diplomat senior AS Jeffrey DeLaurentis mendesak Taliban untuk menghentikan serangan, mengejar penyelesaian politik dan melindungi infrastruktur dan rakyat Afghanistan.