IHRAM.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Lembaga Halal Malaysia, Halal Development Corporation (HDC) memperkirakan ekonomi halal di negara itu akan menuju pemulihan akhir tahun ini. Meski demikian, masih banyak waktu yang dibutuhkan agar segmen ini kembali seperti sebelum pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia dan berdampak besar bagi negara itu.
HDC sebagai lembaga yang dikelola pemerintah bertugas mempromosikan ekonomi halal Malaysia ke dunia mengatakan rencana pemulihan nasional sejauh ini telah dilakukan untuk membangkitkan keterpurukan yang terjedi. Ini juga telah memungkinkan terjadinya peningkatan dalam keuntungan bagi produsen dan para pebisnis di industri halal negara itu.
Wakil Presiden HDC Hanisofian Alias mengatakan bahwa pemulihan positif untuk perusahaan Malaysia diharapkan terjadi mulai kuartal keempat tahun ini. Ia menyebut mungkin masih diperlukan setidaknya satu tahun mendatang bagi negara tetangga Indonesia ini, untuk menunjukkan pertumbuhan halal di luar pendapatan, seperti yang tercatat pada 2019.
HDC menyebut nilai pasar domestic pada 2019 mencapai sekitar 300 miliar ringgit atau 71 miliar dolar AS. Meski belum ada angka resmi untuk segmen saat ini, Hanisofian mengatakan bahwa belanja konsumen Muslim di Malaysia turun sekitar delapan persen terakhir pada tahun lalu.
“Sejak penurunan pertama dalam pendapatan ekspor halal, pertumbuhannya sangat minim. Tetapi sambil bekerja menuju pemulihan di beberapa sektor halal, Malaysia sekarang mulai mengembangkan atau berinovasi lebih banyak produk halal bernilai tinggi untuk pasar global,” ujar Hanisofian, dilansir Salaam Gateway, Sabtu (7/8).
Sementara itu, jumlah usaha kecil dan menengah (UKM) Malaysia yang saat ini mengekspor ke negara lain tercatat telah turun sekitar 16 persen pada tahun lalu dari 1.876 yang terdaftar pada 2019. Ekspor Malaysia turun di bawah rata-rata tahunan 40 miliar ringgit tahun lalu untuk yang pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.
Menurut perkiraan awal oleh HDC, diperkirakan 300 UKM yang berfokus pada bisnis halal telah berhenti berdagang dengan negara lain karena penutupan, gangguan pasokan bahan baku dan kesulitan logistik. Beberapa dari mereka terpaksa fokus pada permintaan domestik karena masalah kapasitas. Namun, agensi menekankan bahwa data tersebut belum final.
“Yang paling signifikan kami lihat tahun ini adalah jumlah eksportir halal Malaysia, sekitar 300 eksportir UKM hilang dari daftar, sedangkan untuk perusahaan besar mungkin turun sekitar 20 sampai 30 perusahaan,” jelas Hanisofian.
Hanisofian mengungkapkan bahwa eksportir UKM sangat terpengaruh. Ia mengetahui bahwa ini adalah masalah yang sangat serius dalam perspektif global, karena itu UKM harus tetap didukung agar bertahan dalam situasi perekonomian saat ini.