Rabu 11 Aug 2021 14:41 WIB

TGH Muhammad Shaleh Hambali, Sang Pendidik (I)

Tuan Guru Bengkel, ulama yang kerap mentranformasikan pemikirannya melalui pendidikan

Madrasah (ilustrasi)
Foto:

Sesudah itu, Shaleh berkesempatan mengikuti rihlah ke Makkah al-Mukarramah. Di Tanah Suci, dirinya tidak hanya menunaikan ibadah haji, tetapi juga meneruskan perjalanan menuntut ilmu-ilmu agama. Waktu itu, dirinya masih berusia belasan tahun. Di Hijaz, ia belajar sekira sembilan tahun, yakni sejak 1912 hingga 1921. Berbagai ilmu dipelajarinya. Di antaranya adalah fikih, tafsir Alquran, dan tasawuf.

Selama di Makkah, ia banyak belajar kepada sejumlah ulama terkemuka. Sebut saja, Syekh Said al-Yamani dan putranya, Syekh Hasan; Syekh Alawi Maliki al-Makki; Syekh Hamdan al-Maghrabi; Syekh Abdussatar Hindi;Syekh Said al-Hadrawi Makki, dan Sykeh Muhammad Arsyad.

Selain itu, ia juga belajar kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Tanah Suci. Misalnya, TGH Umar (Sumbawa), TGH Muhammad Irsyad (Sumbawa), TGH Haji Utsman (Serawak), KH.Muchtar (Bogor), KH Misbah (Banten), TGH Abdul Ghani (Jemberana-Bali), dan TGH Abdurrahman (Jemberana- Bali). 

Muhammad Shaleh mengkaji banyak kitab tasawuf, termasuk yang ditulis Imam al-Ghazali. Misalnya, Minhaj al-Abidin, Bidayat al-Hidayat, dan Ihya' Ulum ad-din. Selain itu, ia juga mempelajari kitab Kifayat al- Atqiya'karangan Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syata al-Dimyathi.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement