IHRAM.CO.ID, HANOI -- Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam, Pham Quang Hieu, menyebut negaranya perlu mempercepat pengembangan industri halal dalam waktu dekat. Percepatan ini perlu didorong agar dapat memanfaatkan pasar yang sepenuhnya menguntungkan.
Hal itu disampaikan Hieu dalam kegiatan lokakarya, yang digelar secara virtual oleh Kementerian Luar Negeri. Acara ini merupakan salah satu inisiatif kementerian dalam meningkatkan ekspor Vietnam ke pasar Halal, serta membangun rencana strategis dan komprehensif untuk industri di Vietnam.
Makanan halal adalah produk yang "diizinkan" dan "legal" di bawah hukum atau syariat Islam, dengan standar yang sangat rinci dan ketat.
"Pasar Halal global memiliki potensi besar dan berkembang pesat dengan prospek yang menjanjikan, karena populasi Muslim tumbuh secara global dari Asia Tenggara, Asia Selatan hingga Timur Tengah dan Afrika Utara," kata Hieu dikutip di Biz Hub Vietnam, Jumat (13/8).
Adapun pasar ekonomi halal disebut sangat beragam dan terdiri dari tujuh sektor utama, termasuk makanan, farmasi, kosmetik, pariwisata, fashion, keuangan Islam, media dan hiburan.
Makanan dan keuangan Islam adalah dua bidang yang tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Kedua industri tersebut diperkirakan akan pulih dan berkembang lebih lanjut setelah pandemi.
Industri makanan halal tidak hanya mencakup produksi dan pemrosesan, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain seperti bahan baku dan layanan logistik (pengawetan, pengemasan dan transportasi). Karena itu, pengembangan industri makanan halal,atau industri halal yang lebih besar, dinilai akan mendorong pengembangan layanan dan bidang tambahan.
Sementara itu, tren penggunaan produk Halal juga meningkat, bahkan di kalangan non-Muslim. Hal ini dikarenakan produk Halal memenuhi kriteria lingkungan dan keamanan pangan.
"Pangsa pasar Vietnam di pasar Halal global cukup rendah, karena produsen Vietnam masih berjuang untuk mendapatkan sertifikasi Halal," lanjutnya.
Menurut statistik awal dari daerah, 58,7 persen provinsi dan kota di seluruh Vietnam pada awalnya mengekspor makanan Halal ke pasar luar negeri. Namun, hampir 41,3 persen gagal memiliki produk bersertifikat Halal.
Selain itu, standar dan peraturan Halal semakin diperketat dengan sertifikasi Halal tidak permanen dan merata diakui oleh banyak negara. Perusahaan Vietnam juga harus menghadapi persaingan ketat dari saingannya yang telah membangun pijakan kuat di pasar Islam.
Meski demikian, para peserta kegiatan tersebut sepakat terlepas dari semua kendala ini, pasar Halal global tetap menjanjikan bagi Vietnam. Negara tersebut dinilai memiliki keunggulan kompetitif dalam produksi makanan, pariwisata, tekstil dan garmen, serta farmasi, yang dijuluki sebagai pilar ekonomi Halal.
Agar tidak melewatkan kesempatan untuk mengakses pasar Halal, Vietnam disebut perlu meningkatkan kerja sama internasional guna membentuk strategi yang sesuai untuk pengembangan industri Halal.
Tak hanya itu, kerjasama dalam mengembangkan peraturan dan standar produk Halal, serta organisasi sertifikasi Halal di Vietnam yang selaras dengan negara-negara pengimpor utama juga diperlukan.
Kerjasama itu akan memfasilitasi perdagangan produk Halal secara global, sambil mempromosikan pertukaran produk dan layanan Halal Vietnam dengan pasar Halal global.