IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Mantan mufti besar Mesir, Syekh Dr Ali Jum'ah menyampaikan penjelasan soal mengapa awal tahun hijriah dimulai pada bulan Muharram. Padahal Nabi Muhammad SAW tidak melakukan hijrah pada bulan tersebut.
Syekh Jum'ah mengatakan, penyusunan kalender hijriah terjadi di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Saat itu Umar harus memutuskan mengenai bulan yang menjadi awal tahun hijriah. Kemudian ia memilih untuk memulainya pada Muharram setelah musim haji bulan Dzulhijjah.
"Keputusan yang diambil pada musim haji dilaksanakan pada bulan berikutnya. Karena itu, Muharram dipilih sebagai awal tahun hijriah yang juga merupakan bulan pertama di era pra-Islam dan setelah musim haji," kata dia dilansir dari laman Masrawy.
Syekh Jum'ah menuturkan, rahasia Umar bin Khattab mengapa memilih bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah, yakni supaya ada keterkaitan dengan salah satu rukun Islam yang dalam hal ini adalah haji. "Sehingga keputusan yang dikeluarkan di dalam musim haji itu dilaksanakan pada bulan berikutnya," kata dia.
Lebih lanjut, Syekh Jum'ah mengingatkan, Nabi SAW meminta umatnya untuk menjalankan manhajnya, bukan menjalani waktunya. Dalam sabdanya juga, Rasulullah SAW meminta untuk senantiasa mematuhi sunnah beliau SAW dan juga sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk setelah beliau.
"Di zaman merekalah (khulafaurrasyidin) tahun hijriah ini dimulai. Karena itu, kita merayakannya sebagai salah satu sunnah tidak langsung Nabi Muhammad SAW," ujar dia.
Syekh Jum'ah juga menjelaskan, Rasulullah SAW beserta pengikutnya tiba di Madinah pada 12 Rabiul Awal atau bertepatan pada hari kelahiran Nabi SAW. Sebelumnya Nabi SAW tiba di Quba terlebih dulu yaitu pada 8 Rabiul Awal dan berdiam di sana selama empat hari.