IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Selain tahun Masehi umat Islam memiliki tahun hijriah sebagai pergantian bulan. Nama-nama bulan dalam penanggalan hijriah itu bukanlah wahyu melainkan hasil ijtihad Khalifah Umar.
"Bangsa Arab sejak zaman jahiliyah pun sudah memakai nama-nama itu; seperti Sya’ban, Ramadhan, Syawal dan yang lainnya," kata Ahmad Zarkasih Lc dalam bukunya "Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah"
Ahmad Zarkasih menegaskan, nama-nama bulan pada kalender Hijriah bukanlah wahyu yang turun kepada umat Islam. Nama-nama tersebut telah ada sebelumnya dan digunakan berabad lamanya oleh bangsa Arab.
"Karena itu penanggalan mereka disebut dengan al Qamari Taqwim al (kalender Bulan), karena memang basis perhitungannya bergantung pada bulan," katanya.
Mereka pun memberi nama sesuai dengan keadaan alam atau keadaan sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan bulan tersebut.
"Nah, karena bangsa Arab juga punya kelas yang berbeda (suku), ini membuat berbeda pula dalam kebiasaan dan adat dari masing-masing suku. Karena itu juga, walaupun menggunakan perhitungan yang sama yakni bulan, penamaan bulannya bisa berbeda," katanya.
Barulah ketika tahun 412 Masehi para petinggi di konvensi dari lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkkah di masa Kilab bin Marrah (kakek Nabi Muhammad) menyatukan nama untuk menentukan nama bulan.
"Hal ini agar terjadi kesamaan, serta memudahkan mereka dalam perdagangan," katanya.
Dari perkumpulan itu munculah nam 12 bulan. 12 nama-nama bulan itu adalah Muharram, Safar, Rabil'awal, Rabil'tsani, Jumadil'ula, Jumadil"tasniya, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, Dzulqaidah, Dzilhijah.