IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang ulama sufi, Imam Ibrahim bin Adham pernah mengatakan, "Aku senantiasa menjaga ibadahku, dan aku tidak menemukan sesuatu yang lebih sulit kecuali melawan rasa rindu kepada Tanah Air."
Karena itu, ketika dia berada di Mekkah, jiwanya tergoda untuk kembali ke tempat asalnya karena memang di sanalah jiwanya mengakar. Mencintai Tanah Air adalah naluri yang alamiah, yang lahir dari kecintaan kepada keluarga maupun kerabat lalu kecintaan ini berkembang meliputi tempat asalnya.
Dalam riwayat Anas, dikisahkan bahwa Nabi SAW saat pulang dari perjalanan dan dinding-dinding Madinah, mempercepat laju untanya. Beliau menunggangi unta dan menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR Bukhari)
Alquran pun menyampaikan tentang betapa penting dan wajibnya bagi umat Islam mendalami ilmu agama agar tidak semuanya pergi ke medan perang. Allah SWT berfirman, "Tidak sepatutnya orang-orang Mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS At-Taubah Ayat 122)
Syariat Islam juga menegaskan bahwa membela Tanah Air adalah bagian dari akidah. Allah SWT berfirman, "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS Al-Mumtahanah Ayat 8)
Membela Tanah Air tidak kalah pentingnya dengan agama dan merupakan kewajiban bagi setiap individu yang ada di dalamnya, apalagi jika mengalami penjajahan. Perlawanan terhadap penjajahan adalah bentuk pembelaan terhadap kehormatan, agama, dan martabat.