IHRAM.CO.ID, Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan, Nabi Muhammad mendapatkan cercaan serta kekerasan fisik di Thaif. Tatkala beliau hendak pergi, orang-orang jahat di antara mereka dan para hamba sahaya membuntuti beliau sambil mencaci maki dan berteriak.
Sehingga semua orang berkerumun dan mengelilingi Nabi. Kemudian mereka membentuk dua barisan dan melemparkan batu ke arah Nabi diselingi dengan kata-kata cercaan. Timpukan batu itu mengenai urat di atas tumit beliau sehingga Nabi menjadi basah oleh leleran darah.
Zaid bin Haritsah yang menemani perjalanan Nabi ke Kota Thaif membentengi beliau dengan badannya. Mereka terus berbuat seperti itu hingga tiba sebuah kebun milik Utbah dan Syaibah, anak-anak Rabiah, yang berjarak tiga mil dari Thaif. Setelah itu mereka kembali lagi ke Thaif.
Rasulullah pun menghampiri sebatang pohon anggur, lalu duduk di bawah rerimbunannya. Setelah duduk beberapa saat dan merasa tenang, beliau mengucapkan doa yang amat terkenal, doa yang menunjukkan duka lara yang memenuhi hati. Sebab kerasnya siksaan yang beliau terima, juga didorong rasa memelas karena tak seorang pun yang mau beriman kepada Allah SWT.