IHRAM.CO.ID,JEDDAH -- Saat ini, lebih banyak karyawan wanita yang bergabung di ruang kerja maupun ruang rapat di Arab Saudi. Kesetaraan gender menjadi target utama upaya regional, untuk meningkatkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (ESG).
Sebuah kemajuan yang terukur dinilai telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikia, masih ada ruang untuk perbaikan lebih lanjut, mengkonsolidasikan perubahan ini menjadi transformasi yang langgeng dan berbasis luas.
"Arab Saudi mengakui mereka memiliki banyak talenta yang belum dimanfaatkan. Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan aset ini, karena memberdayakan perempuan adalah tujuan Visi 2030," kata Presiden Universitas Elektronik Saudi (SEU), Lilac Ahmad Al-Safad, dikutip di Arab News, Kamis (26/8).
Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah menerapkan serangkaian tindakan yang dirancang untuk memperluas inklusi ekonomi perempuan. Beberapa upaya ini adalah mengizinkan perempuan mengemudikan mobil, hingga perubahan dalam undang-undang perburuhan dan keluarga.
Perubahan-perubahan tersebut membantu mencapai hasil yang terukur, yaitu lebih dari 51.000 wanita Saudi bergabung dengan pasar kerja pada 2020. Kerajaan memiliki target menyediakan pekerjaan bagi sekitar 1 juta wanita pada 2030.
Laporan Bank Dunia memberi Arab Saudi poin 80 dari 100, sedikit di bawah UEA dan setara dengan Chili. Selain memperluas partisipasi di tempat kerja, langkah-langkah baru ini bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan di kalangan perempuan.
“Usaha mikro adalah segmen ekonomi yang sering diabaikan, meski ia menghasilkan dampak sosial yang sangat positif terutama kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi perempuan. Arab Saudi saat ini semakin memperhatikan segmen tersebut,” kata CEO Bank Pembangunan Sosial Kerajaan, Ibrahim Al-Rashid.
Jumlah pengusaha wanita di Kerajaan dilaporkan meningkat sebesar 50 persen pada 2019. Global Entrepreneurship Monitor mengeluarkan laporan tahun 2020/21, yang menyebut tingkat tertinggi niat kewirausahaan di antara wanita ada di MENA, dengan kecenderungan pengusaha wanita Saudi yang mendorong hal ini.
Melihat ke jalur bakat, lebih banyak wanita muda Saudi memilih untuk belajar sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM). 38 persen lulusan STEM Saudi adalah wanita.
Menurut UNESCO, 59 persen siswa yang terdaftar dalam ilmu komputer di Arab Saudi adalah perempuan, dibandingkan dengan masing-masing 14 persen dan 16 persen di AS dan Inggris untuk jurusan yang sama.
Al-Safadi dari SEU diangkat sebagai presiden lembaga tersebut pada 2020. Ia menjadi presiden wanita pertama dari universitas pendidikan bersama Saudi.
Bulan ini, SEU meluncurkan WEmpower, akselerator penelitian wanita. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada dosen dan mahasiswa pasca-sarjana wanita belajar dari pakar penelitian.