Jumat 27 Aug 2021 05:45 WIB

Nasihat Ulama Agar Cobaan Terasa Ringan

Seorang hamba harus menyadari bahwa Allah lah yang memberi cobaan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Lafadz Allah
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Lafadz Allah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Kehidupan manusia di dunia ini tidak lepas dari yang namanya ujian dan cobaan. Namun, para ulama terdahulu telah memberikan sebuah nasihat penting agar ujian atau cobaan tersebut terasa ringan. Menurut ulama sufi, seorang hamba harus menyadari bahwa Allah lah yang memberi cobaan.

Dalam kitabnya yang berjudul Al Hikam, Ibnu Athaillah as-Sakandari mengungkapkan,

ليخفف ألم البلاء عنك علمك بأنه – سبحانه – هو المبلي لك فالذي واجهتك منه الأقدار هو الذي عودك حسن الاختيار

“Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa Allah lah yang memberimu ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu adalah Dzat yang selalu memberimu pilihan terbaik.”

Dalam syarahnya di buku al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan, hikmah yang disampaikan Ibnu Athaillah tersebut berarti umat manusia harus sadar bahwa Allah yang mengujinya, bukan yang lain.

Menurut Syekh Abdullah, Allah lah yang lebih mengetahui maslahat manusia daripada dirinya sendiri. Kesadaran ini lah yang akan menjadi sebab kebahagiaan, kesenangan, hiburan, ketawakalan, dan kesabaran.

“Dzat (Allah) yang menetapkan berbagai perkara yang ditakdirkan untukmu, seperti penyakit, hilangnya harta dan anak, atau yang lainnya, adalah Dzat yang memilihkan untukmu perkara terbaik yang sesuai denganmu,” jelas Syekh Abdullah.

Dalam kehidupan ini, lanjutnya, manusia kerap menyaksikan bahwa orang yang selalu berbuat baik kepadanya bisa saja sewaktu-waktu bersikap buruk dan bebuat kasar kepadanya. Sekalipun demikian, ia tetap sabar menghadapi sikap buruk mereka karena mungkin saja kekasaran dan keburukan sikapnya itu didasari oleh niat baik dari dalam lubuk hatinya.

Demikian pula seorang hamba, kata dia, jika ia mengetahui bahwa Allah Swt Maha Pemurah, Maha Lembut, dan Maha Melihat kepadanya, setiap petaka dan ujian yang dijatuhkan kepadanya tidak perlu dipedulikan karena Allah tidak mengehendaki darinya kecuali kebaikan.

Dengan kesadaran itu, ia pun akan berbaik sangka kepada Allah dan yakin bahwa itu adalah pilihan-Nya untuknya. Seorang hamba harus yakin bahwa dalam ujian itu terkandung maslahat tersamar bagi dirinya yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah.

Allah Swt berfirman,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement