Penyelundupan artefak sejarah dari kota-kota kuno seperti Troy dengan nama seperti Heinrich Schliemann terkenal. Pada akhir abad ke-19, ketika kekaisaran yang lelah berjuang dengan perang berturut-turut, struktur Islam menjadi sasaran secara ekstensif. Beberapa orang Barat bahkan mulai membongkar struktur keagamaan historis yang masih digunakan.
Bagian penting dari masjid dan kuil lainnya, seperti pintu dan ubinnya, secara rahasia diangkut ke Eropa. Pada awal abad ke-20, pemerintah Utsmaniyah mencoba untuk melindungi peninggalan arkeologi kuno dan mengambil tindakan untuk melindungi dan melestarikan artefak Islam.
Selama era Ürgüplü Mustafa Hayri (Mustafa Hayri dari Ürgüp), keputusan dibuat untuk memindahkan karya seni di tempat-tempat keagamaan yang dijarah ke Istanbul. Namun, mengingat teknologi yang tersedia seabad yang lalu, sama sekali tidak mudah untuk mengangkut benda-benda berharga ke Istanbul.
Terlepas dari kenyataan ini, artefak dari berbagai kota, dari Thrace ke Damaskus, diangkut ke ibu kota, di antaranya adalah karpet yang unik, ubinnya yang langka, manuskrip berharga, dan banyak lagi. Begitu tahun 1914 tiba, cukup banyak artefak yang dikumpulkan untuk mendirikan museum.